Berita

Deddy S. Budiman/Net

Politik

Deddy S. Budiman: Pemilu Yang Dibiayai Cukong Menghasilkan Pemimpin Boneka Plus Koruptor

RABU, 16 SEPTEMBER 2020 | 13:41 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Ajang pemilihan yang di semua tingakatan disokong oleh cukong telah diungkap oleh ekonom senior, Dr. Rizal Ramli dan kemudian diamini oleh Menko Polhukam, Mahfud MD.

Persoalan ini menjadi satu hal yang marak diperbincangkan banyak pihak menjelang perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020.

Pasalnya, orang yang ingin menjadi calon di Pilpres dan atau Pileg maupun Pilkada kudu mendapat dukungan dari partai politik maupun individu sesuai dengan batas pencalonan yang diatur di dalam undang-undang.


Dalam sebuah tulisan panjangnya yang berjudul "Rezim Telah Melakukan Kerusakan dan Kedzaliman", eks Staf Ahli Panglima TNI, Deddy S. Budiman mengungkap kebobrokan dari sistem demokrasi di era sekarang ini. 

Dia mengatakan, sistem ambang batas pencalonan yang dibangun melalui UU 7/2017 tentang Pemilu cukup membuktikan tindak tanduk koalisi partai politik di pemerintahan Presiden Joko Widodo yang bersinergi memperkuat kekuasaannya bersama para cukong.

"Pilpres, Pilkada, Pileg langsung berbiaya mahal, melalui sistem ambang batas, dilakukan dengan TSM (terstruktur, sistemeatis, dan masif) untuk tidak jurdil, dan dibiayai para pemodal/taipan, menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin boneka dan koruptor," ungkap Deddy sebagaimana dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (16/9).

Mayjen TNI Purnawirawan itu mengutip pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang menyebut kalau 92 persen kepala daerah dibiayai pencalonannya oleh cukong-cukong.

"Menurut Menko Polhukam Mahfud MD 92 persen calon pemimpin, dibiayai oleh pemodal. Akhirnya sama-sama kita ketahui berapa banyak para pemimpin daerah yang terlibat korupsi, dan sekitar 80 persen tanah dan perijinan sudah diambil oleh para pengusaha Asing dan Aseng," bebernya.

Tidak hanya itu, gelagat para pemimpin pemerintahan untuk membalas budi para cukong jelas terlihat dari sejumlah regulasi yang diloloskan oleh DPR untuk segera disahkan. Inilah yang menjadi penegasan Deddy terkait arah keberpihakan pemerintah Jokowi saat ini.

"Akan halnya RUU Omnibuslaw, UU Minerba, UU Covid dan beberapa Perppu secara kasat mata hanya berpihak kepada pengusaha, ditenggarai sebagai bayaran jasa para pengusaha/Taipan, untuk memenangkan Pemilu termasuk Pilpres," ucapnya. 

"Sehingga jangan berharap para pejabat dan wakil rakyat akan berpihak kepada rakyat terutama bagi Bumiputera," demikian Deddy S. Budiman menambahkan.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya