Berita

Penikaman Syekh Ali Jaber/Net

Publika

Operasi Intelijen "Orang Gila"

RABU, 16 SEPTEMBER 2020 | 10:18 WIB

JAGAD medsos satu dua hari ini marak diisi oleh pemberitaan penusukan Syekh Ali Jaber oleh seorang pemuda yang bernama Alfin Andrian.

Penusukan dilakukan di tengah ceramah Syekh Jaber dalam acara Wisuda Tahfidz Al Qur'an di Masjid Falahuddin Bandar Lampung.

Yang menarik adalah keterangan keluarga bahwa yang bersangkutan sakit jiwa. Terlalu cepat pihak kepolisian menyampaikan keterangan keluarga ini.


Akibatnya isu pun berkembang bahwa "gila" sebagai alibi klise setiap pelaku kekerasan kepada ulama. Kecurigaan publik menjadi mengemuka. Ada desain apa di balik semua ini?

Menko Polhukam Mahfud MD meminta aparat mengusut motif dan jaringan. Apakah seruan ini efektif atau menjadi angin lalu saja? Tidaklah jelas. Jika murni kriminal tentu mudah mengusut hal ini apalagi yang bersangkutan tertangkap. Banyak saksi pula di sana.

Berbeda jika ada motif politik, awalnya lempar dahulu sebagai dugaan tetapi lama-lama menguap. Menjadi model seperti yang berlangsung selama ini.

Motif politik adalah operasi intelijen yang entah dilakukan oleh lembaga atau instansi mana. Alfin Andrian sendiri bisa menjadi saksi kunci. Lalu orang tuanya.

Ini kasus sangat serius yakni percobaan pembunuhan ulama. Jangan dilihat hanya luka di tangan, tetapi jika sukses tentu sangat menghebohkan. Berdampak besar, terbayang seorang ulama yang terbunuh.

Tidak mudah terhapus dengan argumen gila. Orang gila tak bisa memilih sasaran. Dugaan adanya desain sangat beralasan. Kegoncangan sosial bahkan politik mungkin terjadi.

Kini aparat diuji, bermain atau serius. Rakyat tentu bukan penonton yang mesti disuguhi sandiwara. Polisi harus mampu membongkar dan BIN baru saja men "declare" memiliki pasukan rajawali yang langsung diuji mahir akting atau berdaya guna untuk bertempur melawan bayangan.

Percobaan pembunuhan dengan target Syekh Ali Jaber memuat banyak pesan dan kesan.

Uniknya dari serangan mematikan ini pertama dilakukan "nekad" di depan umum artinya pelaku siap menjadi martir. Kedua, acara ceramah berkaitan wisuda tahfidz tentu nuansanya spiritual.

Ketiga, Syekh Ali Jaber dikenal bukan penceramah "keras" tetapi "sejuk". Keempat, anak muda berprofil normal tiba-tiba disebut "gila". Kelima, ia datang dari luar kerumunan jamaah sehingga ada "persiapan" di luar. Keenam, pemeriksaan bukan intens ke "tersangka" tetapi justru menyusur panitia.

Operasi intelijen "orang gila" pantas disematkan pada peristiwa ini sebelum nanti dibuktikan sebaliknya. Komplotan orang gila bergerak menari-nari seperti Gerwani di Lubang Buaya bulan September Enam Lima.

Pemerintah semestinya waspada terhadap modus PKI yang memperingati eskalasi dan kegagalan gerakan politiknya. Memusuhi dan berupaya untuk menghancurkan TNI, santri, dan ulama.

Sebagai operasi intelijen tentu semua sarwa misterius. Publik dibiarkan bertanya dalam benaknya masing-masing. Asumsi adanya operasi ini berdasar pada kejanggalan peristiwa yang terjadi.

Untuk membantah adanya operasi intelijen "orang gila" ini hanya satu yakni penyidikan "kriminal" harus dilaksanakan oleh aparat dengan transparan, tidak berbelok-belok, serta didukung penuh oleh pemerintah dan seluruh lembaga politik yang merasa prihatin akan instabilitas negeri.

Peristiwa percobaan pembunuhan Syekh Ali Jaber menyimpan banyak cerita tentang agenda fitnah, teror, dan provokasi brutal dari suatu kejahatan politik.
Tidak bisa diabaikan lalu hilang dan hanya menjadi kenangan.

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik dan kebangsaan.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya