Berita

Logo NATO di depan gedung baru markas besar NATO di Brussels, Belgia/Net

Dunia

Pengamat: Washington Perlu Lebih Keras Terhadap Belarusia

SELASA, 15 SEPTEMBER 2020 | 06:50 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sejak diumumkannya kemenangan petahana Alexandr Lukashenko, krisis di Belarus tidak kunjung padam. Aksi protes terus bergemuruh berminggu-minggu.
Pemilihan 9 Augustus itu dianggap curang. Namun, Lukashenko terus melangkah. Dia bisa diambil sumpahnya kapan saja. Meski aksi protes memanas hingga melibatkan Uni Eropa, Lukashenko tetap mengklaim kemenangannya.

“Jelas Lukashenko ingin berkuasa lebih lama,” jelas Dov S. Zakheim, penasihat senior di  Pusat Studi Strategis dan Internasional, AS, mengutip The Hill, Senin (14/9). Menambahkan bahwa Lukashenko telah menuduh tetangganya, Lithuania dan Polandia, telah memindahkan pasukan mereka ke perbatasan Belarus,  yang pada dasarnya menuduh NATO merencanakan invasi.


“NATO secara resmi menyangkal bahwa pasukan aliansi berada di dekat perbatasan Belarusia. Namun demikian, pasukan seukuran batalion Amerika, yang terdiri dari sekitar 500 tentara Amerika dengan tank dan pengangkut personel lapis baja, telah tiba di Lituania untuk penempatan dua bulan di dekat perbatasan Belarusia,” terang Zakheim.

Pasukan Amerika, yang dikerahkan lebih awal dari yang direncanakan, telah transit ke Lituania dari negara tetangga Polandia. Jika dibutuhkan, pasukan AS itu bisa tinggal lebih lama di Lituania.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Rusia. Setelah menyelesaikan latihan bersama Belarus pada Agustus di sepanjang perbatasan Belarusia, latihan dilanjutkan di di Brestsky dekat perbatasan Belarus-Polandia. Latihan, yang disebut ‘Persaudaraan Slavia’, mulanya akan menyertakan pihak Serbia juga. Namun, Beograd mengundurkan diri pada menit-menit terakhir, mengutip tekanan dari Uni Eropa, yang berharap untuk bergabung.

“Tidak mengherankan, Polandia dan Lithuania dikejutkan oleh kerusuhan politik yang terjadi di negara tetangga mereka, terutama oleh kehadiran pasukan Rusia di sana,” ujar Zakheim.

Jika terjadi krisis, mudah bagi Rusia untuk segera merebut sebidang tanah di perbatasan Polandia-Lituania. Tindakan seperti itu akan meningkatkan ancaman yang sudah ditimbulkan Rusia terhadap kedua negara tersebut.

Tanggapan Amerika terhadap krisis di Belarusia agak lembek. Menurut Zakheim, Amerika hanya mampu memberikan beberapa sanksi dan beberapa bahasa kecaman dari Sekretaris Negara sekaligus Menlu AS Mike Pompeo. 

“Washington bisa melakukan lebih banyak lagi. Pemerintahan Trump telah mengumumkan bahwa mereka berencana untuk menarik tiga ribu tentara dari Irak. Itu bisa menentukan untuk memindahkan mereka ke Polandia,” tegas Zakheim.

“Selain itu, Polandia telah menawarkan membangun pangkalan untuk menampung pasukan Amerika. Pemerintah dapat menjelaskan, jika Rusia melanjutkan membangun kehadiran permanen pasukannya di Belarus, Washington akan menyetujui keinginan yang jelas dari Polandia untuk mendirikan pangkalan baru di dekat perbatasan timurnya,” ujar Zakheim.

Kehadiran pasukan brigade tambahan di Polandia, yang terletak hampir berdampingan dengan pasukan Rusia, harus berfungsi sebagai kekuatan untuk mencegah setiap rencana Moskow, baik untuk menyerap Belarusia ke Rusia, atau untuk memprovokasi kerusuhan di salah satu negara Baltik.

“Semua telah tahu, bahwa Vladimir Putin hanya menanggapi kekuatan dan memanfaatkan apa yang dia anggap sebagai kelemahan di pihak musuh Baratnya,” ujar Zakheim. Dia menambahkana, sikap Amerika yang kredibel dan tangguh, yang didukung oleh NATO, akan menyebabkan pemimpin Rusia itu berpikir dua kali tentang langkah agresif tambahan di wilayah Laut Baltik.

Presiden Donald Trump biasanya menolak untuk mengkritik Putin secara pribadi. Namun saat ini, Trump secara konsisten memberi keleluasaan bagi Departemen Pertahanan untuk memperkuat kehadiran militernya untuk mendukung sekutu NATO di Eropa Timur, terutama Polandia.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya