Berita

Ilustrasi/Net

Suluh

Indonesia Jadi Negara Yang “Ditakuti”

SELASA, 08 SEPTEMBER 2020 | 12:51 WIB | OLEH: WIDIAN VEBRIYANTO

Negara kuat dan disegani tentu menjadi cita-cita seluruh negara di muka bumi ini. Sebab dengan kekuatan tersebut, negara bisa memberi pengaruh pada ketertiban dunia atau setidaknya ditakuti oleh negara lain.

Seperti Korea Utara yang walaupun menutup diri dan terkurung oleh para “tetangga” di kawasan, tetap disegani karena memiliki kekuatan militer yang tidak kecil.

Begitu juga dengan Iran yang mampu ditakuti sekalipun beberapa negara besar hendak menghancurkan pengaruh negeri para mullah tersebut di kawasan.


Kini, Indonesia pun turut menjadi negara yang “ditakuti”. Mirisnya, Indonesia ditakuti bukan karena kekuatan militer atau keperkasaan diplomasi, melainkan karena wabah corona yang terus meningkat.

Setidaknya ada 59 negara yang takut dengan Indonesia. Mereka telah mengunci atau me-lockdown warga negara Indonesia yang hendak bepergian ke wilayah mereka.

Angka ini masih berpotensi bertambah mengingat kasus corona di tanah air secara konsisten merangkak naik. Angkanya mencapai hampir 200 ribu kasus per Senin kemarin (7/9), entah sore nanti.

Kondisi ini tentu ironi, sebab sedari awal pemerintah mengabaikan masukan kelompok kritis untuk melakukan lockdown agar virus tidak berkembang ke penjuru wilayah tanah air.

Alih-alih mengikuti saran, pemerintah justru fokus pada penanganan dampak corona secara ekonomi. Mulai dari memberikan subsidi tiket pesawat, penerbitan Perppu 1/2020 yang kini jadi UU 2/2020, hingga mewacanakan pembentukan Dewan Moneter dalam RUU Bank Indonesia.

Beruntung kemarin Presiden Joko Widodo sudah sadar bahwa fokus utama pemerintah dalam menangani Covid-19 adalah kesehatan dan keselamatan rakyat.

Kini kita berharap pernyataan presiden berbuah pada produk nyata. Bukan sebatas pernyataan yang menguap seperti saat marah-marah dalam sidang kabinet paripurna dan mengancam para menteri akan melakukan reshuffle. Yang nyatanya, hingga saat ini perombakan kabinet tidak lagi terdengar di Istana.

Terlepas dari hal itu, seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan “boikot” bepergian ke 59 negara untuk menata diri. Khususnya untuk menggenjot komoditas substitusi impor.

Petani harus digerakkan, tentu dengan kebijakan yang pro petani, untuk lebih giat dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Hal itu tentu selaras dengan cita-cita ketahanan pangan nasional yang jika berhasil bukan tidak mungkin membuat Indonesia swasembada pangan.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Gunting Pita Cegah Bencana

Minggu, 30 November 2025 | 03:18

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Tinjau Pembangunan Jembatan

Senin, 08 Desember 2025 | 03:59

BP Taskin Siap jadi Garda Depan Pengentasan Kemiskinan Pascabencana Sumatera

Senin, 08 Desember 2025 | 03:43

Ferry Irwandi Disentil Jangan Jadikan Bencana Ladang Sensasi dan Fitnah

Senin, 08 Desember 2025 | 03:23

Rencana Makam Pejabat Nakal dan OTW Banjir Hiasi Google Maps Gunung Slamet

Senin, 08 Desember 2025 | 02:57

Menguatkan Sistem Penanggulangan Bencana Indonesia

Senin, 08 Desember 2025 | 02:33

Bahaya Monasit di Skandal Timah Dibongkar, Nyali Kejagung Diuji

Senin, 08 Desember 2025 | 02:21

Narasi Ferry Irwandi Soal Bencana Sumatera Timbulkan Kepanikan Baru

Senin, 08 Desember 2025 | 02:12

BGN Ingatkan Kepala SPPG Jangan Ongkang Kaki Usai Peroleh Insentif

Senin, 08 Desember 2025 | 01:59

Prabowo Siap Cabut HGU Demi Huntara Warga Terdampak Bencana

Senin, 08 Desember 2025 | 01:42

KRI Bontang-907 Bawa 2 Ribu KL BBM Menuju Sibolga

Senin, 08 Desember 2025 | 01:30

Selengkapnya