Berita

Lukisan konferensi gabungan organisasi-organisasi di Korea Utara dan Selatan pada April 1948/Net

Histoire

Mengenang Konferensi Gabungan Dua Korea, Jalan Menuju Reunifikasi Yang Terkubur

SENIN, 07 SEPTEMBER 2020 | 21:48 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Sejarah terpisahnya Korea tidak terlepas dari sebuah konferensi yang digelar di Pyongyang pada April 1948. Ketika itu, organisasi-organisasi dari Korea Utara dan Selatan berkumpul membahas bersatunya kedua negara.

Konferensi yang diinisiasi oleh Kim Il Sung tersebut hampir berhasil menyatukan Korea dengan menerbitkan Program 10 Poin dari Persatuan Besar Seluruh Bangsa untuk Reunifikasi Negara.

Sayangnya, perseteruan dua blok kekuatan pada saat itu membuat jalan menuju reunifikasi menjadi buntu.


Setengah abad setelah konferensi tersebut, 18 April 1998, Kim Jong Il membuat surat kepada Simposium Nasional. Ia berusaha menggali kembali jalan menuju reunifikasi yang damai bagi seluruh bangsa.

Dalam surat tersebut, Kim Jong Il mengatakan, konferensi gabungan itu merupakan sebuah kemenangan bersejarah pertama. Di mana Korea Utara berhasil mempertemukan komunis, nasionalis, dan berbagai kekuatan politik serta berbagai lapisan masyarakat di Korea. Mereka bersatu untuk tujuan bersama, terlepas dari perbedaan ideologi, pandangan politik, maupun agama.

"Ini juga menunjukkan bahwa reunifikasi mandiri dan damai negara dapat diwujudkan melalui harmoni utara-selatan dan persatuan seluruh bangsa," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, Kim Jong Il menyadari betapa mendesaknya persatuan nasional, sebagai sebuah bangsa yang sama.

"Bangsa kita, sebagai bangsa yang homogen dengan sejarah dan budaya yang dihormati, sangat patriotik dan kuat dalam semangat korps. Akan tetapi, suatu waktu di masa lalu, bangsa kita menderita kerugian karena kehilangan kedaulatannya karena perebutan kekuasaan di antara para penguasa feodal," tekannya dalam surat tersebut.

Dalam upaya penyatuan bangsa, Kim Jong Il juga menyalakan kembali gagasan persatuan berorientasi Juche yang diupayakan Kim Il Sung. Di mana ada tiga prinsip reunifikasi nasional yang ia tekankan, yaitu kemerdekaan, reunifikasi secara damai, dan persatuan nasional yang besar.

Gagasan tersebut, Kim Il Sung tuangkan dalam program sepuluh poin yang berisi semua orang Korea di utara, selatan, maupun luar negeri harus mencapai reunifikasi nasional yang mandiri dan damai.

"Bangsa kita adalah kekuatan pendorong reunifikasi nasional," tekan Kim Jong Il.

"Saat ini, persatuan besar bangsa kita dan reunifikasi nasional telah menjadi pertanyaan yang lebih mendesak dari sebelumnya," sambungnya.

Di tengah berbagai konfrontasi antara utara dan selatan, Kim Jong Il mengatakan, tidak ada seorang pun bangsa Korea yang berusaha menutup mata untuk persatuan dan reunifikasi nasional.

Walaupun terdapat perbedaan ideologi dan sistem pemerintahan antara utara dan selatan, Kim Jong Il mengatakan, keinginan bangsa Korea untuk bersatu secara keseluruhan jauh lebih kuat dari perbedaan tersebut.

"Mencintai negara dan bangsanya serta menghargai ciri-ciri kebangsaannya adalah psikologi dan sentimen umum dari anggota bangsa," tuturnya.

Guna menggeser hubungan ketidakpercayaan dan konfrontasi dengan hubungan saling percaya dan rekonsiliasi reunifikai merupakan satu-satunya opsi.

Sayangnya, ia mengatakan, selatan memiliki kebijakan anti-konfrontasi utara yang memicu ketidakpercayaan dan permusuhan. Penolakan atas perbedaan ideologi utara membuat rekonsiliasi Korea semakin sulit dilakukan.

Hal tersebut juga tidak dapat dilepaskan dengan adanya pengaru asing. Di mana Korea Selatan, menurut Kim Jong Il memiliki ketegantungan pada pasukan aisng.

Sejak awal, perpecahan Korea muncul karena campur tangan asing dan saat ini persatuan Korea terhambat oleh hal yang sama.

"Bangsa kita telah terpecah menjadi utara dan selatan oleh pasukan asing, dan negara dan bangsa belum bersatu kembali karena dominasi dan campur tangan mereka," tegasnya.
 
Untuk mencapai reunifikasi, utara dan selatan dihadapkan pada fase sejarah baru dengan masalah yang masih sama. Tanpa melawan dominasi dan campur tangan pasukan asing dan kekuatan pemecah belah di dalam dan luar negeri, mustahil untuk mewujudkan persatuan antara utara dan selatan, persatuan besar bangsa, dan penyatuan kembali negara.

"(Meski) jalan menuju reunifikasi masih diliputi banyak kendala dan kesulitan, namun kami optimis dengan masa depannya. Bangsa kita adalah satu, begitu pula negara kita. Bangsa kita akan mencapai persatuan besar di bawah panji reunifikasi nasional tanpa gagal," teguhnya.

Sampai saat ini, setelah 72 tahun konferensi tersebut, reunifikasi Korea masih terus menjadi tujuan utara dan selatan yang belum tercapai.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya