Berita

Pelabuhan Beirut/Net

Dunia

Pasca Ledakan Beirut, Tentara Lebanon Kembali Temukan 4,35 Ton Amonium Nitrat Dekat Pelabuhan Yang Sama

JUMAT, 04 SEPTEMBER 2020 | 13:49 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Belum usai trauma akibat ledakan besar di Ibukota Beirut 4 Agustus lalu, tentara Lebanon kembali melaporkan penemuan 4,35 ton zat amonium nitrat dekat pelabuhan negara itu pada Kamis (3/9).

Hingga kini insinyur tentara Lebanon sedang menangani penemuan tersebut. Menurut pernyataan militer yang disiarkan oleh kantor berita negara NNA, bahan kimia itu ditemukan di luar pintu masuk sembilan ke pelabuhan Beirut.

"Pakar militer dipanggil untuk pemeriksaan dan menemukan 4,35 ton bahan kimia berbahaya dalam empat kontainer yang disimpan di dekat pelabuhan," menurut pernyataan militer, seperti dikutip dari France24, Kamis (3/9).

Tidak ada rincian tentang asal bahan kimia tersebut atau pemiliknya.

Pengungkapan itu terjadi hampir sebulan setelah ledakan dahsyat pada 4 Agustus melanda kota itu, menewaskan sekitar 190 orang. Pihak berwenang mengatakan ledakan besar itu disebabkan oleh sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang telah ditumpuk dalam kondisi tidak aman di gudang pelabuhan selama bertahun-tahun. Ledakan itu menghancurkan seluruh lingkungan, menghancurkan bangunan dan melukai 6.000 orang.

Hampir sebulan setelah ledakan dahsyat itu, petugas penyelamat Lebanon mendeteksi tanda-tanda kehidupan pada Kamis di reruntuhan bangunan yang runtuh di daerah Gemmayze di Beirut.

Petugas penyelamat Eddy Bitar mengatakan kepada wartawan di tempat kejadian bahwa tim dengan seekor anjing penyelamat telah mendeteksi pergerakan di bawah reruntuhan.

"Ini [tanda-tanda pernapasan dan denyut nadi] bersama dengan sensor suhu artinya ada kemungkinan hidup," ujarnya.

"Pada Rabu (2/9) malam, seekor anjing pelacak yang digunakan oleh penyelamat Chili mengendus bau dari situs tersebut," kata Marwan Abboud, gubernur Beirut kepada wartawan di tempat kejadian.

"Mungkin ada yang selamat," kata Aboud, menjelaskan bahwa pemindai telah mendeteksi denyut nadi, meskipun harapan untuk menemukan seseorang yang hidup lebih dari empat minggu setelah ledakan tetap samar.

Beberapa hari pasca ledakan 4 Agustus, ahli kimia Prancis dan Italia yang bekerja di tengah sisa-sisa pelabuhan mengidentifikasi lebih dari 20 kontainer yang membawa bahan kimia berbahaya. Tentara kemudian mengatakan bahwa kontainer ini dipindahkan dan disimpan dengan aman di lokasi yang jauh dari pelabuhan.

Pakar Prancis serta FBI membantu penyelidikan ledakan itu, atas permintaan pihak berwenang Lebanon. Hingga kini temuan mereka belum dirilis.

Sejauh ini, pihak berwenang telah menahan 25 orang selama ledakan bulan lalu, kebanyakan dari mereka adalah petugas pelabuhan dan bea cukai.

Pemerintah Lebanon mundur di tengah kemarahan publik di negara yang sudah bertekuk lutut oleh krisis ekonomi. Publik tetap cemas bahwa lebih banyak bahan berbahaya disimpan dengan buruk, sehingga berisiko bagi mereka.

Awal pekan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Lebanon untuk kedua kalinya sejak ledakan mematikan di pelabuhan Beirut. Selama kunjungan 24 jamnya , Macron menyerukan reformasi yang bertujuan menyeret negara Timur Tengah keluar dari jurang krisis keuangan.

Sementara itu pada hari Kamis (3/9) Presiden Lebanon Michel Aoun memerintahkan perbaikan infrastruktur pengisian bahan bakar lama di bandara Beirut dan menyerukan penyelidikan atas laporan bahwa ribuan liter bahan bakar telah bocor dari sistem.

Kepala bandara Beirut Fadi el-Hassan mengatakan pada konferensi pers Kamis (3/9) pagi waktu setempat, bahwa kebocoran 84.000 liter bahan bakar telah terjadi pada Maret 2019 dan perbaikan selesai dalam dua bulan. Dia mengatakan penyelidik internasional menggambarkan perbaikan itu sebagai sesuatu yang memuaskan.

Berita tentang kebocoran tersebut menambah kekhawatiran tentang keselamatan publik. Namun Hassan menampik kekhawatiran tersebut dengan mengatakan bahwa tidak akan ada ledakan yang akan terjadi lagi.

"Tidak ada ledakan yang menunggu kami," kata Hassan pada konferensi pers.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya