Berita

Adolf Hitler/Net

Jaya Suprana

Andaikatamologi Hitler Menang PD II

KAMIS, 03 SEPTEMBER 2020 | 23:52 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

MESKI Hitler orang Jerman namun naskah ini tidak terkait langsung dengan naskah “Kemesraan Jerman dengan China” (6 Agustus 2020) tentang suatu fenomena kenyataan yang sedang terjadi. Sementara naskah ini dengan lensa andaikatamologi menerawang kemungkinan yang akan terjadi (sebab belum terjadi) andaikata sesuatu peristiwa tidak terjadi.

Andaikata

Satu di antara sekian banyak buku yang berdosa atau berjasa memengaruhi keraguan dan kebingungan saya terhadap apa yang disebut sebagai sejarah adalah buku tulisan Ralph Giordano berjudul “Wenn Hitler den Krieg gewonnen hätte” (Andaikata Hitler menang Perang Dunia II).

Buku tersebut juga termasuk mempengaruhi saya untuk menggagas andaikatamologi sebagai upaya mempelajari makna andaikata. Namun sebenarnya saya juga skeptis terhadap obyektifitas isi buku tersebut sebab penulisnya keturunan Yahudi yang menjadi korban utama politik rasisme Hitler.

Ralph Giordano memengaruhi tafsir saya terhadap Nazisme di Jerman sebagai monster yang andaikata Hitler menang Perang Dunia II  akan membuat Eropa bahkan dunia menjadi suatu jenis masyarakat dengan sistem “totale Ueberwachung, ausufernde Polizeigewalt, ausrottung von Minderheiten, Frauen als Geburtsmaschinen” (kontrol masyarakat secara total, kekerasan polisi tanpa batas, pembantaian kaum minoritas serta perempuan sebagai mesin reproduksi) mirip yang dikuatirkan oleh George Orwell dalam distopia 1984.

Kompleks

Andaikata Hitler menang Perang Dunia II berdampak sangat kompleks terhadap apa yang akan terjadi pada peradaban umat manusia. Andaikata Hitler menang PD II belum tentu Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Mungkin akan terjadi pada saat yang lebih lanjut atau bahkan sama sekali tidak terjadi sebab Indonesia dijajah bukan Belanda tapi Jepang sebagai sekutu Jerman.

Bisa saja entah apa yang akan terjadi pada Indonesia andaikata Jerman pecah kongsi dengan Jepang setelah Hitler menaklukan Eropa dan Amerika Serikat. Mungkin Angela Merkel terlalu sibuk melakukan riset kimia-kuantum sehingga tidak sempat menjadi Kanselir Jerman yang tidak pernah terbelah dua akibat Hitler menang Perang Dunia II. Maka pada awal abad XXI, Jerman bukan bermesraan dengan China namun mungkin Jepang atau entah siapa.

Akibat Hitler memenangkan Perang Dunia II maka tidak ada proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka nama Hindia-Belanda diubah menjadi Hindia-Jepang atau malah Hindia-Jerman andaikata Jerman merasa dirinya adalah saudara tua Jepang yang merasa dirinya adalah saudara tua Indonesia yang sebelum 17 Agustus 1945 masih disebut sebagai Hindia-Belanda.

Kemungkinan bisa dikembangkan secara infinitas tak kenal batas maksimal maupun minimal sejauh kreatifitas daya pemikiran manusia memungkinkannya. Yang lebih penting ketimbang mengumbar fantasi adalah memetik hikmah positif dan menghindari dampak negatif andaikatamologi suatu peristiwa di masa lalu demi membentuk masa depan yang lebih baik.

Nisbi

Namun dengan mudah unsur andaikatamologis di dalam buku tersebut juga mampu menimbulkan keraguan andaikata buku tersebut ditulis oleh para pemberhala Nazisme sebagai satu-satunya sistem kenegaraan yang paling cocok untuk bukan saja warga Jerman namun seluruh umat manusia di planet bumi ini. Maka apa yang disebut sejarah memang saling beda bahkan rawan bertolak belakang satu dengan lainnya tergantung siapa yang menulis sejarah dan siapa yang berkuasa membentuk opini sang penulis.

Kenisbian sejarah ternyata juga hadir pada andaikatamologi yang ternyata juga nisbi akibat tergantung siapa yang mengungkap dengan lensa andaikatamologi. Seperti halnya segenap hasil pemikiran manusia mustahil sempurna akibat manusia mustahil sempurna maka sejarah mau pun andaikatamologi juga terjamin pasti mustahil sempurna.

Kebenaran andaikatamologi an sich memang nisbi kecuali dipaksakan secara dogmatis agar tidak nisbi.

Penulis pembelajar apa yang disebut sebagai pemikiran

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya