Berita

Jurubicara Kementerian Keuangan, Yustinus Prastowo/Net

Bisnis

Balas Postingan Said Didu, Jubir Kemenkeu: Bunga Utang Indonesia Lebih Rendah Dari Afrika Selatan Dan Brazil

KAMIS, 03 SEPTEMBER 2020 | 12:23 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Kritik perihal utang negara dan bunganya yang disinggung kembali oleh mantan Sekretaris Kementerian BUMN, M. Said Didu ditanggapi Jurubicara Kementerian Keuangan, Yustinus Prastowo.

Dalam akun Twitternya, @prastow, Yustinus menanggapi cuitan M. Said Didu yang menyatakan, "Perlu diwaspadai adanya mafia utang yang menjebak NKRI, karena selain jumlah yang makin besar, juga bunga makin tinggi. Bunga jauh lebih tinggi dari bunga utang negara lain," begitu cuitan @msaid_didu yang diposting, Rabu (2/9).

"Menurut saya ini tidak fair dan cenderung fitnah karena menuduh ada mafia utang dan bilang bunga utang makin tinggi. Ditambahi: lebih tinggi dibanding bunga utang negara lain. Hebatnya: tanpa data dan fakta!" balas Yustinus dalam cuitannya, Kamis (3/9).

Tidak berhenti disitu, Yustinus melanjutkan dalil bantahannya dengan membeberkan data besaran bunga utang hingga posisi utang Indonesia di kolom komentar postingannya tersebut.

Dia menegaskan, besaran yield LC Government Bonds atau Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun mencapai 6,85 persen (year to date/ytd) per September 2020. Angka ini tidak lebih tinggi dibanding dua negara tetangga, yakni Afrika Selatan sebesar 9,27 persen, dan Brazil 7,17 persen.

"Benarkah bunga utang kita makin tinggi? Om @msaid_didu tidak memberikan data. Kalau hanya pernyataan tanpa bukti ya suudzon dong Pak. Silahkan lihat grafik yield SBN 10 tahun ini, (yang) merah (artinya) Indonesia. Cenderung turun kan? Dibanding peer countries, kita lebih rendah dari Afsel dan Brazil," ungkapnya sembari melampirkan gambar grafik perbandingan bunga utang negara.

Selain itu, Yustinus juga menunjukan data perkembangan indikator keuangan yang diberi judul membaik. Di mana di dalamnya terdapat bunga utang atau Yield SUN yang turun menjadi -4,99 persen, serta Yield Asing yang juga turun menjadi -27,2 persen.

"Biar jelas silakan disimak grafik di bawah ini. Yield Indonesia turun (hijau), kepemilikan asing juga turun, aliran modal masuk mulai naik. Ada kepercayaan pasar dan pengelolaan kebijakan moneter dan fiskal yang hati-hati dan terukur. Betul kan Om @msaid_didu?" papar Yustinus dengan sajian grafik yang dipostingnya.

Dalam kolom komentar selanjutnya Yustinus menyajikan data komposisi utang pemerintah yang diklaim terjaga di tengah pandemik Covid-19. Dalam flgrafik tersebut disebutkan posisi utang per akhir Juli 2020 mencapai Rp 5.434,86 triliun, dengan rincian 84,57 persen bersumber dari Surat Berharga Negara (SBN) dan 15,43 persen dari pinjaman.

Dari rincian SBN yang sebesar Rp 4.596,26 triliun diperoleh dari dua sumber pendanaan. Pertama dari domestik sebesar Rp 3.351,13 triliun yang terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp 2.718,09 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara Rp 633,04 triliun.

Sementara untuk sumber kesua SBN diperoleh dari valas yang totalnya Rp 1.245,13 triliun, dengan rincian SUN Rp 985,77 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara Rp 259,36 triliun.

Komposisi besaran utang negara ini, menurut Yustinus masih dalam takaran aman. Karena rasio utang terhadap Produk Domestik Brutonya (Debt to GDP) sebesar 33,63 persen.

"Demi transparansi dan akuntabilitas, silakan cek perkembangan utang Indonesia. Memang jumlah utang naik, kan sudah jelas karena defisit fiskal naik untuk membiayai pandemi. Rasionya otomatis naik, tapi semua masih terjaga di level aman," tuturnya.

"Lalu bagaimana dengan perbandingan? Silahkan saja bandingkan dengan negara manapun, asal parameternya sesuai untuk membandingkan. Bagaimana ukuran ekonomi negara tersebut, rating utang, suku bunga bank, tingkat inflasi dan lain-lain. Bagus jika didiskusikan lebih dalam ya Om @msaid_didu," demikian Yustinus mengakhiri.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya