Berita

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asyari/Net

Politik

Curhat KPU Kebingungan Kelola Dana Yang Terbatas Untuk Swab Test Corona Petugas

RABU, 02 SEPTEMBER 2020 | 21:37 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asyari menceritakan suka duka bersama penyelenggara pilkada serentak di 270 daerah pemilihan terkait pengelolaan anggaran.

Pasalnya, di pesta demokrasi daerah tahun ini penyelenggara pemilu, peserta pemilu, dan juga pemilih dihadapkan dengan kondisi pandemik virus corona baru (Covid-19) yang tidak mudah penanganannya.

Hal itulah yang membuat Hasyim bercerita terkait upaya KPU memastikan masyarakat aman dari virus asal Wuhan, China tersebut, dalam acara Ngobrol Bareng Cak Ulung edisi "Pilkada Serentak 2020 VS Covid-19", Rabu (2/9).

"Ketika diputusakan pilkada dilanjutkan maka satu hal yg diakukan oleh KPU ke pemerintah dan DPR, yaitu harus mengikuti standar protokol Covid-19. Kalau dengan standar protokol Covid-19 maka akan ada biaya-biaya yang dibutuhkan. Semetara pembiayaan pilkada ini murni dari APBD, seringkali dikenal NPHD," ujar Hasyim.

Dalam proses untuk mencukupi pendanaannya, KPU Pusat berkoordinasi dengan KPU provinsi, kabupatem dan kota. Namun, sepengalaman di pilkada terdahulu, seringkali Hasyim menemukan kesulitan yang dihadapi penyelenggara pemilu di daerah.

"Untuk pemenuhan ini (anggaran pilkada) saja teman-teman sering alot ya dalam konteks normal, aspek elektoralnya. Apalagi lalu harus ditambah pembiayaan protokol Covid-19," katanya.

Sebagai contoh, Hasyim menyebutkan realisasi transfer anggaran NPHD di pilkada tahun ini yang hingga kemarin Selasa (1/9), 238 daerah yang diproses pencairannya hingga 100 persen, dari total 270 daearah yang meyelenggarakan pilkada.

"Itu yang dana pilkada dari APBD sudah di transfer ke KPU yang menyelenggarakan pilkada 100 persen ya, itu 238 daerah. Itu untuk penyelenggaraannya saja. Berarti masih kurang 32 lagi," sebutnya.

Oleh karena itu, pada saat sebelum KPU memulai tahapan lanjutan pilkada pada bulan Juli lalu diusahakan tambahan dana dari pusat untuk pemenuhan kebutuhan protokop Covid-19. Alhasil, di dapat tambahan dana sebesar Rp 4,77 triliun yang dicairkan secara berangsur.

"Dan memang menjadi lebih mahal. Disatu sisi petugas KPU melayani peserta pemilu dan melayani pemilih. Dalam konteks elektoral hrs berjalan demokratis dan berkualitas. Tapi disisi yang lainya ada tugas juga agar penyelenggaraan ini aman dan kesehatannya juga terpenuhi," tuturnya.

Lantas, lanjut Hasyim, bukan berarti setelah mendapat dana tambahan dari pemerintah pusat tidak ada persoalan mengenai pengelolaan anggaran tersebut.

Justru kekinian, Hasyim mengakui bahwa pihaknya di daerah merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan infeksi dengan metode tes usap (swab test).

Sebab pada awalnya, KPU telah membuat komitmen dengan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan rapid test ke petugas KPU mulai dari KPPS hingga petugas TPS. Sementara, rapid test belakangan dinyatakan tidak akurat dalam hal mendeteksi Covid-19. Alih-alih Swab Test menjadi standar baru deteksi infeksi virus corona ini.

"Itu kemudian kan tidak mulus. Karena begitu kita menghitung anggaran itu kan standarnya (masih) rapid test. Eh ternyata dalam perkembangannya rapid test tidak dianggap handal. Akhirnya harus di swab test. Ini kan bagi kami problem," ungkapnya.

"Karena begitu ingin diterapkan, bagi kami kan hitungannya untuk teman-teman di daerah, terutama pas pemungutan suara itu ada KPPS, petugas TPS. Ini kan semuanya harus tes. Jadi ya sudah lah dana yang sudah disetujui itu dulu dan nanti dihitung ulang tentang standar penggunananya yang semula rapid test menjadi swab itu bagaimana," demikian Hasyim Asyari.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya