Berita

Ilustrasi Vaksin Covid-19/Net

Publika

Orang Miskin Tidak Boleh Sehat

MINGGU, 30 AGUSTUS 2020 | 08:45 WIB

GILA memang. Harga vaksin yang diimpor dari China oleh Bio Farma akan bertarif Rp 440 ribu kata Erick Thohir. Cukup mahal artinya  hanya orang yang bisa membayar yang bisa divaksin.

Bagi orang yang mampu tentu uang sebesar itu tidak ada persoalan. Berbeda dengan masyarakat pada umumnya, khususnya orang yang dikategorikan miskin, maka nilai itu tentu sangat dirasakan berat.

Pemerintah memang aneh. Ngotot memaksakan untuk dapat mengambil dan menggunakan dana APBN demi Covid-19 tanpa akibat hukum melalui Perppu 1/2020. Lalu mendapat dukungan mudah dari DPR RI melalui UU 2/2020 sebagai persetujuan atas Perppu. Akan tetapi untuk vaksin ternyata dibebankan kepada rakyat masing-masing.

Covid-19 adalah penyakit mematikan. Pandemik yang menggoncangkan dan berdampak bukan saja kepada aspek kesehatan tetapi juga sosial, ekonomi, bahkan politik. Pemerintah pun menetapkan status darurat kesehatan dengan PSBB sebagai pilihan kebijakan berdasarkan UU 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Penandatanganan "kerjasama"  impor 50 juta dosis vaksin dari China pada tanggal 20 Agustus di Hainan itu akan ditindaklanjuti dengan pengiriman mulai bulan Nopember 2020 hingga Maret 2021.

Penyuntikan vaksin massal pun nantinya akan dilakukan. Masalahnya adalah biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat itu sendiri cukup mahal. Malah ada yang mencurigai jangan-jangan pemerintah sedang berbisnis.

Rakyat mengalami kesulitan bertingkat. Tingkat satu tertekan oleh serangan pandemik Covid-19, sekurang-kurangnya stress dengan protokol kesehatan.

Tingkat dua dampak yang mengikuti baik soal kerugian usaha, kesempitan lapangan kerja, atau silaturahmi yang terkendala. Kini akan memasuki tingkat tiga yaitu membayar mahal biaya vaksin China.

Rakyat akan semakin merasakan ketidakhadiran negara. Negara yang hanya bisa menguras dan memeras. Negara pemberi fasilitas orang kaya sedang si miskin semakin menderita.

Kini dengan vaksin Rp 440 ribu, maka akan bertambah berat beban si miskin untuk sehat. Orang miskin tidak boleh sehat.

M. Rizal Fadillah

Pemerhati sosial dan politik

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya