Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Orang Terpapar Covid-19 Tanpa Gejala Tak Perlu Jalani Tes, Pakar China: Keputusan CDC Seret AS Ke Dalam Lingkaran Setan

KAMIS, 27 AGUSTUS 2020 | 17:10 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Para pengamat kesehatan di China ikut mengomentari apa yang menjadi keputusan terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) soal keputusan  terbaru mereka mengenai pedoman penanganan pandemik Covid-19.

CDC mengatakan pekan ini bahwa orang-orang yang terpapar Covid-19 tapi tak menunjukkan gejala tak perlu lagi menjalani tes Covid-19 bahkan jika mereka adalah kontak dekat dari pasien yang dikonfirmasi.

Dengan jumlah infeksi Covid-19 di AS yang naik menjadi 6 juta, para ahli China memperingatkan bahwa membiarkan celah sebesar itu akan membawa AS ke dalam "lingkaran setan".

Media melaporkan, keputusan tersebut tampaknya merupakan hasil dari tekanan politik dan bukan berasal dari kajian ilmiah. Beberapa pejabat kesehatan AS percaya, dengan mengatakan perubahan itu dapat membuat AS terkepung oleh kegagalan dan kekurangan pengujian epidemi.

Pakar pernapasan di Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, Wang Guangfa,  mengatakan bahwa menguji pembawa asimtomatik yang menular meskipun tidak memiliki gejala dan mengkarantina mereka adalah tindakan efektif yang diketahui secara global untuk mengekang penyebaran virus, tetapi menurutnya AS telah memilih untuk menipu dirinya sendiri.

"Membiarkan pembawa diam dan kontak dekat tanpa gejala tidak akan teruji tidak akan menurunkan jumlah total infeksi, seperti yang diinginkan beberapa pejabat AS. Sebaliknya, sumber infeksi tersebut dapat membawa virus ke populasi yang lebih besar yang terinfeksi kapan saja dalam satu masa inkubasi, yaitu, 14 hari. Ini pada akhirnya akan membawa epidemi AS ke dalam lingkaran setan," katanya, seperti dikutip dari GT, Kamis (27/8).

Perubahan kebijakan tersebut mengejutkan netizen Tiongkok, dengan banyak yang mengatakan ini adalah "ilustrasi yang baik tentang apa itu penipuan diri sendiri."

Angka infeksi di AS bisa turun drastis dalam waktu singkat, karena data menunjukkan bahwa sekitar 40 hingga 60 persen orang yang terinfeksi di negara itu tidak memiliki gejala. Namun, dalam jangka panjang, durasi epidemi akan diperpanjang, menurut beberapa orang.

"AS masih berada dalam periode gelap epidemi, dan pedoman baru bahkan lebih membingungkan," kata banyak netizen di AS, yang bingung memahami perubahan tersebut.

CNN melaporkan perubahan yang dibuat oleh CDC jelas tidak mendapatkan dukungan yang luar biasa dari banyak ahli dan pejabat kesehatan AS, yang menyerukannya untuk memberikan pembenaran ilmiah untuk pedoman yang diperbarui.

Mirip dengan bualan sebelumnya yang dibuat oleh Trump, yang memuji plasma pemulihan sebagai terobosan, pedoman baru itu tampaknya lebih seperti pengaruh baginya untuk mendapatkan dorongan politik. Namun, bentuk ketidaktahuan ilmiah ini hanya akan menjadi bencana bagi rakyat Amerika, kata pengamat China.

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Serbu Kuliner Minang

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:59

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Obor Api Abadi Mrapen untuk Rakernas IV PDIP Tiba di Batang

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:28

Mubadala Energy Kembali Temukan Sumur Gas Baru di Laut Andaman

Minggu, 19 Mei 2024 | 02:59

Rocky Gerung Dicap Perusak Bangsa oleh Anak Buah Hercules

Minggu, 19 Mei 2024 | 02:41

Deal dengan Kanada

Minggu, 19 Mei 2024 | 02:24

Kemenag: Kuota Haji 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah

Minggu, 19 Mei 2024 | 02:04

Zulhas Dorong Penguatan Sistem Perdagangan Multilateral di Forum APEC

Minggu, 19 Mei 2024 | 01:40

DPR: Kalau Saya Jadi Nadiem, Saya Sudah Mengundurkan Diri

Minggu, 19 Mei 2024 | 01:20

2 Kapal dan 3 Helikopter Polairud Siap Amankan KTT WWF

Minggu, 19 Mei 2024 | 00:59

Selengkapnya