Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Merosotnya Kepercayaan Publik Pada Parpol Suburkan Politik Uang

SABTU, 22 AGUSTUS 2020 | 03:53 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Merosotnya kepercayaan publik terhadap partai politik berpotensi memunculkan terjadinya politik uang.

Demikian disampaikan Dosen Universitas Diponegoro Dr. Fitriyah saat menjadi narasumber dalam  Sekolah Demokrasi LP3ES, Jumat (21/8).

Fitriyah menerangkan, partai politik seharusnya memahami parpol tidak selamanya mengusung kader baru tapi kebanyakan mengusung petahana.

Oleh karena itu, dia menyimpulkan tipe partai di Indonesia berubah menjadi tipe catch all dalam konteks elektoralisme.

Tipe parpol tidak memiliki ciri ideologi, dan orientasi lebih kepada pemenangan pemilu dan organisasi tidak mengakar.

“Jadi sudah tidak mengakar, tapi ada karakter partai massa. Titik beratnya pada kebijakan yang dibuat oleh kandidat. Sementara, kalau yang pesonalistik, ketika partai itu patronasenya kuat, berorientasi kepada jabatan. Ada orang yang dominan di situ, menjadi pemimpin dan kebijakan itu dikendalikan oleh elite atau oligarki dalam partai,” tegas Fitriyah, Jumat (21/8)

Lebih lanjut Fitriyah berpendapat, partai politik di Indonesia bersifat sentralistik. Imbasnya, terjadi ketidaksesuaian antara bentuk pemerintah yang desentralisasi dan partai politik yang tersentralisasi.

Fitriyah mengatakan, tidak mengejutkan jika partai politik di tataran nasional enggan berbagi kekuasaan dengan kader di daerah. Apalagi jika kader daerah yang maju bukan ‘jagoan’ di pusat. Kompetensu sebagai pemimpin di tingkat lokal akan diabaikan oleh pengurus partai di level pusat.

“Kalau pun ada ruang kepada (partai politik) bertingkat, itu hanya pada ruang penjaringan saja. Tetapi akhirnya tetap di DPP. Terus hal yang sama terjadi juga pada rekruitmen anggota DPR,” ujarnya.

“Ketika mencoba membandingkan realita kondisi partai politik di Indonesia dengan partai multi-level di negara-negara lain,” imbuhnya.

Pada akhirnya, lanjut Fitriyah, terjadi paradoks desentralisasi, dalam arti peran parpol di tingkat lokal tidak kuat, karena segala keputusan kandidasi ditentukan oleh rekomendasi pusat.

“Rekrutmen politik aktor lokal (eksekutif, legislatif) menggunakan mekanisme tersentralisasi oleh DPP, dan isu nasional lebih kuat  daripada isu lokal akibat digunakannya pemilu nasional,” tandasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya