Berita

Herry Gunawan/Net

Publika

Kutukan Triwulan Tiga

SABTU, 15 AGUSTUS 2020 | 12:59 WIB

PEMERINTAH sedang bergegas melakukan akrobatik demi mengamankan kinerja perekonomian triwulan tiga yang tersisa enam minggu. Tak mudah, melawan kutukan siklus yang sudah terjadi menahun.

Keinginannya baik. Berharap agar kinerja ekonomi tidak mengalami kontraksi (pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya minus).

Dengan harapan, konferensi pers dan judul media akan berbunyi, "Kita Terbebas dari Resesi".


Sebagai aksi, belanja pemerintah digenjot. Dari belanja perjalanan dinas - diperintah untuk disegerakan di lokasi wisata - hingga rencana memberikan subsidi gaji kepada para karyawan (seperti iklan hadiah: syarat dan ketentuan berlaku).

Bantuan sosial jadi andalan, dengan harapan konsumsi masyarakat meningkat dan ekonomi, setidaknya diharapkan tumbuh nol persen.

Supaya bisa nol persen, hitungan duitnya, kira-kira perlu ada tambahan kinerja perekonomian senilai Rp 230 triliun dari kinerja triwulan dua tahun ini.

Sebab perekonomian Indonesia triwulan tiga tahun lalu, berdasarkan PDB atas harga tahun 2010, sekitar Rp 2.819 triliun.

Tapi kalau lihat data ke belakang, setidaknya dalam sembilan tahun terakhir, umumnya pertumbuhan ekonomi triwulan tiga selalu lebih rendah dibandingkan rata-rata triwulanan setiap tahun, juga terhadap triwulan dua.

Begitulah kutukan triwulan tiga.

Lebaran dan biaya tahun ajaran baru yang ikut mendorong konsumsi sudah lewat. Belanja liburan akhir tahun pun masih lama.

Apalagi dana pengungkitnya juga terbatas, seperti subsidi gaji karyawan yang belum tentu 100 persen tepat sasaran. Itu, tentu saja belum dikurangi biaya administrasi: rapat, dan lain-lain.

Sebaiknya pemerintah jangan terlalu banyak buang energi dengan ambisi ingin menahan agar tidak resesi, yang sesungguhnya menjadi kehendak alam.

Jauh lebih manfaat memikirkan dampak sosial dan (mungkin) stabilitas politik akibat resesi, serta pada bersamaan, menyiapkan strategi pemulihan untuk jangka menengah dan panjang.

Herry Gunawan
Head of Research Data Indonesia.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya