Berita

Ilustrasi vaksin Covid-19/Net

Dunia

Skeptis Dengan Vaksin Rusia, Menkes Jerman: Bahaya Dan Belum Cukup Diuji

RABU, 12 AGUSTUS 2020 | 14:51 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Jerman masih belum yakin vaksin Covid-19 buatan Rusia yang telah masuk tahap registrasi benar-benar cukup mendapatkan pengujian.

Seperti halnya para ali kesehatan di dunia, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan, vaksin Covid-19 buatan Rusia bernama Sputnik V belum cukup diuji untuk bisa dinyatakan aman digunakan.

Spahn mengatakan, perlombaan mendapatkan vaksin bukan persoalan mengenai siapa yang pertama mulai memvaksinasi, melainkan bagaimana mendapatkan vaksin yang efektif dan aman.

"Bisa berbahaya untuk mulai memvaksinasi jutaan, jika tidak milyaran, orang terlalu dini karena jika terjadi kesalahan, itu bisa mematikan penerimaan vaksinasi," ujar Spahn pada Rabu (12/8).

"Jadi saya sangat skeptis dengan apa yang terjadi di Rusia," sambungnya kepada penyiar Deutschlandfunk, seperti dikutip Reuters.

Lebih lanjut, Spahn mengatakan, sangat penting, bahkan selama pandemik, untuk melakukan studi dan pengujian yang tepat, serta mempublikasikan hasilnya agar memberi rasa percaya kepada orang-orang terkait vaksin tersebut.

Pernyataan Spahn sendiri merujuk pada tidak adanya publikasi mengenai prosese pengujian Sputnik V yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute dan Kementerian Pertahanan Rusia.

"Saya akan senang jika kami memiliki vaksin awal yang bagus tetapi berdasarkan semua yang kami ketahui. Itulah masalah mendasar, Rusia tidak memberi tahu kami banyak, dan ini belum cukup diuji," terangnya.

“Ini bukan tentang menjadi yang pertama. Ini tentang memiliki vaksin yang efektif, teruji, dan karenanya aman,” sambungnya.

Kemarin, Selasa (11/8), Presiden Vladimir Putin sudah mendeklarasikan diri bahwa Rusia menjadi negara pertama yang masuk ke tahap regitrasi untuk Sputnik V.

Sputnik V sendiri baru dua bulan melakukan uji klinis pada manusia. Saat ini pun, vaksin tersebut masih dalam proses uji klinis Fase 3.

Keputusan Moskow untuk memberikan persetujuan sebelum uji coba akhir selesai telah menimbulkan kekhawatiran di antara beberapa ahli. Selain itu, hanya sekitar 10 persen uji klinis yang berhasil.

Kendati begitu, Putin dan pejabat lainnya mengatakan vaksin tersebut sepenuhnya aman.

Rusia bahkan akan melakukan vaksinasi Sputnik V pada tenaga medis dan guru mulai awal September. Sementara vaksinasi massal akan dilakukan pada Oktober.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya