Berita

Joko Intarto/Istimewa

Publika

Cash Mangtab

RABU, 12 AGUSTUS 2020 | 09:27 WIB | OLEH: JOKO INTARTO

PERTUMBUHAN ekonomi nasional dipastikan meroket ke bawah. Ambles. Semua pihak harus siap dengan berbagai risikonya. Terutama pengusaha kelas UMKM seperti saya.

Seorang kawan, pengusaha event organizer, mengontak saya. Ia tahu, saya punya bisnis di jasa penyedia video streaming dan video conference. Ia juga tahu, saya punya sebagian besar perangkat yang diperlukan untuk produksi.

Melalui telepon, kawan itu mengajak saya untuk berkolaborasi menjadi tim produksi sebuah event besar di Jakarta. Selain besar, durasinya panjang pula: 7 hari. Untuk sebuah acara pertunjukan, durasi 7 hari itu sangat lama.

Awalnya saya tertarik. Belakangan saya berubah sikap. Setelah tahu pemilik acaranya adalah lembaga pemerintah.

Situasi saat ini memang bikin pengusaha serba salah. Di satu sisi, saat ini hanya pemerintah yang punya duit. Hanya lembaga pemerintah yang bisa berbelanja. Dan hanya pemerintah yang tidak mungkin bangkrut.

Artinya, lembaga pemerintah adalah pelanggan paling aman. Paling bonafide. Pada hari-hari ini. Yang ekonomi dibantah tengah berada di jurang resesi.

Di sisi lain, mengerjakan pekerjaan pemerintah butuh modal belanja di depan. Sementara pembayarannya di belakang. Bisa sebulan. Bisa dua bulan. Bergantung kelengkapan administrasinya. Berarti makin banyak volume pekerjaannya makin besar pula model kerjanya.

Saya ingat satu kisah lama. Diceritakan Sun Tzu, seorang jenderal militer, dalam buku strategi perangnya yang terkenal itu. "Dengan mengetahui dirimu dan mengetahui musuhmu, maka dalam seribu pertempuran bisa memenangkan seribu pertempuran."

Siapa musuh saya? Resesi. Itulah musuh saya saat ini. Resesi saya terjemahkan sebagai geliat roda perekonomian yang makin lesu. Order mungkin akan kian seret. Tapi usaha mesti terus berjalan. Jagaters tidak boleh ambruk gegara pandemik.

Saya sempatkan melihat-lihat cashflow. Saya khawatir cadangan kas tidak aman hingga beberapa bulan ke depan.

Ada dua skenario yang saya harus perhitungkan. Pertama: Bagaimana kalau beberapa bulan ke depan tidak ada order lagi? Kedua: Bagaimana kalau sebaliknya, order justru banjir tetapi bayarnya di belakang?

Setelah menimbang-nimbang, saya putuskan untuk tidak mengikuti tender itu. Walau keuntungannya boleh dibilang besar.

Modal belanjanya terlalu besar. Untuk ukuran saya saat ini. Separoh kas perusahaan harus dikeluarkan untuk mengerjakannya. Dengan tenor pembayaran, katakanlah, paling cepat tiga bulan.

Saya pilih kembali ke strategi bisnis yang konservatif.

1. Tidak Ngoyo

Saya akan berusaha keras untuk menghindari utang. Walau untuk pekerjaan yang jelas. Hitung-hitungan biayanya jelas. Untungnya juga jelas. Saya pilih yang sesuai kemampuan. Tanpa utang. Kalau kepepet, saya pilih patungan modal. Bagi hasil keuntungan.

2. Perputaran Modal Lebih Cepat

Saya pilih pekerjaan durasinya pendek dan bayarnya cepat. Modal keluar hari ini, minggu depan sudah balik. Paling lama sebulan. Untungnya kecil tidak masalah. Tetapi perputarannya cepat.

3. Umur Piutang Pendek

Terkait dengan strategi perputaran cepat, saya mulai memberlakukan paket pembayaran cash advance. Tentu ada potongan harga. Nilainya lebih besar dari daripada bunga tabungan bank. Kalaupun tidak bisa lunas minimal bayar down payment.

Tidak mengikuti tender pemerintah termasuk salah satunya. Dalam pekerjaan pemerintah, saya pilih menjadi vendor pemenang tender. Dapatnya sedikit tidak apa-apa. Yang penting bayarnya lancar.

4. Mangtab

Dalam situasi yang tidak menentu, kas perusahaan harus aman. Hingga beberapa bulan ke depan. Syukur-syukur bisa sampai 12 bulan. Siapa tahu dalam beberapa bulan mendatang hanya bisa hidup dengan mangtab: mangan tabungan.

5. Yang Penting Cash!

Punya uang cash walau kecil, hari ini, lebih penting ketimbang punya omset besar, tapi pembayarannya kapan-kapan. Kecuali, supplier dan karyawan mau dibayar dengan lembaran order.

Beginilah seninya mengelola usaha skala UMKM. Kita harus ekstra hati-hati. Salah ambil keputusan sedikit saja bisa wes-ewes-ewes… bablas angine.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya