Berita

Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan/Net

Politik

Pengamat: Maaf, Cara Berpikir Menko Luhut Seperti Anak SD

MINGGU, 26 JULI 2020 | 13:51 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Pernyataan Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan soal lockdown bukan pilihan tepat dinilai sebagai sebagai cara berpikir anak-anak.

Ini karena penyampaian Luhut yang seolah kesal dengan pengkritik kebijakan PSBB pemerintah. Di mana para pengkritik menilai Indonesia lebih tepat menerapkan lockdown sehingga dampak corona dan ekonomi hanya sebentar terjadi.

Dalam sebuah zoominar Luhut menyampaikan, "Kalau dulu ada orang-orang yang merasa dirinya pintar (bilang) kita harus lockdown, kalau kita lockdown waktu itu kita sudah bubar".


"Maaf, jika itu benar pernyataan Luhut, sangat disayangkan. Itu cara berpikir bukan selevel jenderal purnawirawan lagi,” ujar analis sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (26/7).

“Maaf, itu cara berfikir ketika saya masih Sekolah Dasar, saat saya SD itu berfikirnya kalau-kalau, berfikir dengan narasi "jika dulu saya", "kalau dulu saya", " kalau waktu itu". Jadi berpikir kalau-kalau itu berpikir yang tidak empirik, tidak rasional, minim argumentasi, berpikir dibalut khayalan," sambungnya.

Terlepas dari itu, Ubedilah Badrun juga merasa Luhut tidak berkaca pada negara yang sukses melakukan lockdown sejak dini. Seperti China, Jerman, Selandia Baru, Denmark, Taiwan, dan lain sebagainya.

"Indonesia ini telat, makanya kacau seperti sekarang, terlalu lama penderitaan rakyat dan krisis ekonominya," kata Ubedilah.

Lockdown sendiri, terang Ubedilah, merupakan langkah atau upaya untuk menutup total dalam waktu yang relatif singkat yang dilakukan sejak dini masuknya wabah. Maka, kondisi akan cenderung membaik dan semakin normal.

"Kalau saat ini dengan kebijakan PSBB yang telat rakyat Indonesia harus menderita berbulan-bulan karena penyebaran virus terus terjadi akibat kebijakan yang membolehkan pelonggaran mobilitas dan lalu lintas sosial,” tegasnya.

“Narasi luhut tersebut juga bisa dimaknai narasi untuk menutupi kegagalan kebijakan saat ini," pungkas Ubedilah.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya