Berita

Pakar ekonomi senior Indonesia, Dradjad H. Wibowo/Net

Bisnis

Beda Dengan Singapura Dan Thailand, Indonesia Masih Berpeluang Kurangi Tekanan Resesi

JUMAT, 17 JULI 2020 | 18:52 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Dalam periode dua kuartal pertumbuhan ekonomi di Singapura mengalami penurunan yang cukup drastis hingga memasuki masa resesi akibat hantaman keras pandemik Covid-19.

Pakar ekonomi senior Indonesia, Dradjad H. Wibowo mengatakan, dalam memasuki masa resesi dalam kuartal kedua konsesus dari sejumlah pakar dunia sepakat, Indonesia bakal mengalami kontraksi atau dengan kata lain pertumbuhan perekonomiannya negatif.

"Berapa besarnya? Kita tunggu saja angka BPS, perkiraan yang beredar itu minus 3 sampai 4 persen biasanya enggak jauh-jauh dari angka itu, tapi bisa juga nanti tinggi sedikit," kata Dradjad kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (17/7(.

"Nah, untuk disebut resesi, kuartal ketiga juga harus negatif. Bagaimana prospeknya? Untuk kuartal ketiga memang tekanan recessionary terhadap Indonesia itu semakin tinggi," imbuhnya menambahkan.

Politisi senior PAN ini mengatakan faktor, yang menyebabkan Singapura termasuk juga Thailand mengalami kontraksi luar biasa bahkan terperosok dalam resesi lantaran adanya faktor eksternal atau dari sisi global yang drop seketika. Berbeda dengan Indonesia.

"Tapi memang bedanya dengan Indonesia, Singapura dan Thailand ini, sangat mengandalkan pada sektor jasa. Jasa tourism, dan di dalam tourism itu, ada belanja-belanja, kemudian juga ada sektor jasa pelayanan kesehatan, dan banyak lagi sektor jasa lainnya," bebernya.

Dari segi sektor jasa, lanjut Dradjad, pendapatan ekonomi Singapura sangat tergantung dari pergerakan orang ke negara tersebut.

"Jadi ketika terjadi pandemik, orang tidak mau lagi bepergian tidak mau lagi melakukan perjalanan, ya otomatis pasar untuk sektor jasa itu ambruk. Itu yang membedakan Singapura dan Thailand sedikit dengan Indonesia," katanya.

Indonesia sendiri, masih lanjut Dradjad, meski peranan sektor jasa besar, namun tidak mendominasi. Tidak seperti yang dialami Singapura dan Thailand.
 
"Sehingga, di sini bisa menjadi peluang bagi kita untuk mengurangi tekanan recessionary," tukasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya