Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Huawei Ditendang, Nokia dan Ericsson Datang Menantang

RABU, 15 JULI 2020 | 06:57 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Dua raksasa penyedia peralatan jaringan pesaing terbesar Huawei, yakni Ericsson dan Nokia mengatakan mereka siap untuk melangkah setelah Inggris mengumumkan akan menghapus raksasa telekomunikasi China dari jaringan 5G di negara itu.

Pernyataan itu disampaikan oleh  Cormac Whelan, CEO Nokia untuk Inggris dan Irlandia. Dia mengatakan Nokia memiliki kapasitas dan keahlian yang tak kalah dari pesaingnya Huawei.

"Kami memiliki kapasitas dan keahlian untuk mengganti semua peralatan Huawei di jaringan Inggris dalam skala dan kecepatan," kata Cormac, seperti dikutip dari AFP, Selasa (14/7).

Dalam sebuah kesempatan terpisah, Arun Bansal, Presiden Ericsson wilayah Eropa dan Amerika Latin, mengatakan hal yang sama dengan CEO Nokia.

"Kami siap bekerja dengan operator Inggris untuk memenuhi jadwal mereka, tanpa mengganggu pelanggan," kata Arun.

Kedua perusahaan itu menekankan bahwa mereka sudah lama berdiri di Inggris dan berpengalaman dalam membangun jaringan 5G.

Sebelumnya, Menteri digital Inggris, Oliver Dowden mengumumkan pada Selasa (14/7) bahwa mulai akhir tahun ini, penyedia telekomunikasi di negara itu tidak boleh membeli peralatan 5G dari Huawei.

Dowden menambahkan bahwa semua peralatan Huawei yang ada harus dihapus pada tahun 2027 mendatang.

Proses menemukan pendatang baru akan dimulai dengan Samsung Korea Selatan dan NEC Jepang, sementara Nokia dan Ericsson akan dilindungi sebagai pemain yang ada.

Sebagai dua pesaing utama Huawei, Nokia dan Ericsson telah diuntungkan oleh dorongan AS agar negara-negara menghindari Huawei.

Pemerintah AS telah mengklaim bahwa Huawei, yang didirikan oleh mantan insinyur militer Tiongkok Ren Zhengfei, adalah ancaman bagi keamanan. AS bahkan telah mendesak sekutunya untuk menghindari peralatan buatan Huawei karena khawatir itu bisa berfungsi sebagai kuda toya yang siap mencuri lebih banyak informasi untuk layanan intelijen China.

Huawei, yang merupakan pemimpin sektor dalam hal pangsa pasar, selalu membantah dikaitkan dengan kepentingan pemerintah China.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya