Berita

TETO ajak BPJS Indonesia bekerja sama dengan National Health Insurance Taiwan/Net

Kesehatan

TETO: BPJS, Ayo Kerja Sama Dengan National Health Insurance Taiwan Yang Sudah Diakui Dunia

JUMAT, 10 JULI 2020 | 16:55 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Jika berbicara mengenai sistem kesehatan, Taiwan menjadi salah satu contoh baik atau role model yang bisa dipelajari oleh banyak negara.

Salah satu faktornya adalah National Health Insurance (NHI) atau asuransi kesehatan wajib yang sudah dikembangkan oleh pemerintah Taiwan sejak 1995.

Siapapun yang memiliki kewarganegaraan Republik China (Taiwan) dan memiliki kartu keluarga di Taiwan harus memiliki NHI. Warga asing yang memiliki Resident Visa dan telah memenuhi persyaratan juga diwajibkan untuk memiliki kartu sakti tersebut.

Taipei Economic and Trade Office (TETO) menyebut, ada 270.000 pekerja migran Indonesia dan lebih dari 10.000 pelajar Indonesia yang sudah memiliki NHI dan menikmati fasilitas kesehatan Taiwan yang telah diakui dunia.

Dalam hal kesehatan, Taiwan memang nomor satu. Slogannya pun "satu untuk semua, semua untuk satu".

Terkait sumber dana, TETO menjelaskan, NHI mendapatkannya dari tiga pihak, yaitu yang tertanggung, pemberi kerja, dan subsidi pemerintah. Pembayarannya pun disesuaikan dengan pendapatan.

"Jika orang berpenghasilan rendah atau tidak berpenghasilan, pemerintah akan mensubsidi biaya asuransi kesehatan. Biaya asuransi kesehatan nasional yang dibayarkan oleh tertanggung setiap bulan terutama berdasarkan pada gaji bulanan," jelas TETO dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (10/7).

Selain itu, semakin tinggi pendapatan, semakin besar biaya asuransi kesehatan yang dibayarkan setiap bulan. Untuk para pekerja, kisaran gaji yang ditetapkan oleh asuransi kesehatan nasional dibagi menjadi 48 tingkat.

Di Taiwan, gaji bulanan terendah adalah 23.800 NTD (dolar baru Taiwan) atau sekitar Rp 12 juta. Sedangkan gaji bulanan tertinggi yang di tingkat 48 adalah 182.000 NTD atau sekitar Rp 89 juta.

Jika dirincikan, masyarakat hanya akan menanggung 30 persen dari premi asuransi tiap bulannya, majikan sebesar 60 persen, dan pemerintah 10 persen.

Sebagai contoh, untuk gaji bulanan terendah, masyarakat hanya membayar 335 NTD atau Rp 160.000 per bulan, majikan membayar 1058 NTD atau Rp 520.000, dan pemerintah Taiwan sebesar 176 NTD atau Rp 86.000.

Dengan sistem pembayaran tersebut, maka masyarakat yang memiliki gaji rendah sekalipun bisa menikmati fasilitas medis kelas dunia.

Keunggulan lainnya dari NHI adalah klaimnya yang lebih luas. Pasalnya banyak negara tidak menanggung beberapa obat-obatan dan perawatan gigi, namun NHI menanggung semuanya.

Tak perlu khawatir juga mencari rumah sakit rujukan karena NHI sudah bekerja sama dengan 90 persen klinik kecil hingga rumah sakit besar di Taiwan.

"Selama masyarakat memiliki kartu NHI, mereka dapat memasuki klinik kecil atau rumah sakit besar di Taiwan kapan saja dan mendapat bantuan medis sesegera mungkin," terang TETO.

Karena NHI sudah berbasis digital, maka masyarat juga tidak perlu khawatir dengan janji temu dokter atau jadwal operasi. Lantaran catatan medis para pasien langsung disimpan di awan atau cloud, sehingga satu pasien bisa pergi ke berbagai macam dokter dengan data yang sama.

Di saat pandemik Covid-19, manfaat cloud sangat dirasakan oleh Taiwan untuk melakukan pelacakan kontak, dengan bekerja sama dengan Kantor Imigrasi dan lembaga lainnya.

Berbagai keunggulan dari sistem asuransi kesehatan Taiwan tersebut juga sudah diakui oleh dunia.

Bahkan survei dari badan InterNations Jerman, Taiwan berada di urutan teratas untuk 2019 dalam daftar negara di dunia yang paling layak huni dan bekerja. Salah satu alasan utamanya adalah Taiwan memiliki kualitas medis yang baik.

Dalam keterangannya, TETO juga mengajak BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Indonesia untuk berbagai pengalaman untuk memajukan sistem kesehatan kedua negara.

"Taiwan juga berharap dapat bertukar pikiran dengan BPJS Indonesia untuk bersama-sama meningkatkan kesehatan warga kedua negara!" pungkas TETO.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya