Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Politik

Dalam Perspektif Jawa, Kemarahan Jokowi Dapat Dibaca Sebagai Tanda Kekuasaan Melemah

RABU, 08 JULI 2020 | 11:48 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Pidato marah-marah Presiden Joko Widodo di hadapan para menterinya, dalam Sidang Kabinet Paripurna 18 Juli lalu, menuai pro kontra publik hingga beberapa minggu belakangan ini.

Bahkan, fenomena ini menjadi sorotan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Dalam sebuah diskusi daring, Director Center for Media and Democracy LP3ES Wijayanto menyampaikan pandanganya terkait kemarahan Jokowi melalui kacamata budaya Jawa.

Ia menuturkan, kemarahan seorang Jokowi yang notabene orang asli Jawa Solo adalah suatu hal yang di luar kebiasaan budaya Jawa.

"Jadi ketika Presiden Jokowi menampakkan secara terang-terangan kemarahan yang luar biasa, dengan mimik muka, kata-katanya, maka ini sebenarnya suatu hal yang luar biasa, yang tidak cocok dengan prinsip (budaya Jawa) ini sebenarnya," ujar Wijayanto, Senin (6/7).

Seyogyanya, menurut Wijayanto, seorang Jawa tulen seperti Jokowi cukup bersikap lemah lembut dalam menegur para menterinya yang tidak becus bekerja menangani pandemik virus corona baru (Covid-19).

Karena dalam prinsip Jawa, terdapat situasi ideal yang diharapkan muncul dalam setiap hubungan sosial, yaitu rukun.

Menurut Wijayanto, rukun adalah perasaan yang dalam keadaan harmonis, tenang, damai, saling membantu untuk satu tujuan yang sama. Bukan menciptakan pertengkaran atau perselisihan dalam suatu kehidupan sosial.

Namun dengan melihat sikap Jokowi yang marah-marah, dan disiratkan secara luas ke publik, maka tidak lain dan tidak bukan justru malah menunjukkan makna sebenarnya dari kondisi pemerintahan saat ini.

"Dalam perspektif budaya politik Jawa, kemarahan Presiden Jokowi yang ditampakkan secara terbuka di depan publik dapat dibaca sebagai pertanda semakin melemahnya kekuasaan politiknya," ucapnya.

"Karena kalau dia masih kuat, maka dia tidak akan bereaksi seperti itu, dia cukup tersenyum kepada menterinya yang dia nilai enggak bagus kinerjanya. Lalu dengan baik-baik mengatakan, “maaf anda kinerjanya buruk, saya butuh reshuffle”,” demikian Wijayanto.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya