Presiden Amerika Serikat, Donald Trump; Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un; dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in/Net
Sebelum pemilihan umum November, Amerika Serikat (AS) akan kembali mengirimkan utusannya ke Korea Selatan untuk mendorong kembali dialog denuklirisasi dengan Korea Utara.
Utusan AS tersebut langsung dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Stephen Beigun. Di mana mereka akan pergi ke Korea Selatan pada Selasa (7/7), melansir Reuters.
Sebelumnya, Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengatakan, Presiden Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un harus bertemu sebelum pemilu AS digelar.
Merespons hal tersebut, Biegun mengatakan ada waktu bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan membuat kemajuan kembali. Sayangnya, pandemik Covid-19 membuat pertemuan tingkat tinggi antara kepala negara sulit untuk dilakukan.
Seruan pertemuan tersebut terjadi setelah hubungan Korea Utara dan Korea Selatan memburuk secara tiba-tiba karena aksi para pembelot yang menyebarkan selebaran propaganda.
Marah dengan aksi tersebut, Korea Utara kemudian meledakkan kantor penghubung antar-Korea yang terletak di desa perbatasan, Kaesong.
Ketika itu, Korea Utara berkomitmen untuk tidak akan kembali pada perundingan denuklirisasi dengan AS hingga Washington mencabut sanksi terhadap Pyongyang.
Melihat perkembangan tersebut, seorang pengamat Korea Utara di sebuah lembaga think tank, 38 North, Jenny Town mengatakan sulit bagi AS untuk bisa mengembalikan Korea Selatan ke meja perundingan tanpa pencabutan sanksi.
"Sulit membayangkan sebuah skenario di mana Korea Utara akan dipaksa untuk kembali ke meja kecuali jika 'tawaran' AS secara drastis berbeda dari yang ada di masa lalu," ujar Town.
“Dan bahkan kemudian, seberapa kredibelkah hal itu akan bertahan dari perubahan potensial dalam administrasi di AS?" pungkasnya.