Berita

Seorang tentara China yang berada di laut China Selatan/Net

Dunia

China-ASEAN Lanjutkan Negosiasi Code of Conduct Laut China Selatan

JUMAT, 03 JULI 2020 | 08:56 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

China dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah berkomitmen untuk melanjutkan kembali negosiasi Code of Conduct (CoC) atau kode etik para pihak di Laut China Selatan.

Langkah tersebut diputuskan dalam Konsultasi Pejabat Senior ASEAN-China ke-26 pada Rabu (1/7), di tengah geramnya Vietnam atas latihan militer Beijing di dekat Kepulauan Paracel.

Melansir Sputnik, China telah berkomitmen untuk melanjutkan diskusi untuk membentuk CoC yang mengikat secara hukum.

Namun VN Express melaporkan, belum ada tanggal atau tempat yang ditetapkan untuk negosiasi.

Dalam KTT ASEAN ke-36 pada pekan lalu, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc mengatakan, pandemik Covid-19 telah menganggu negosiasi CoC sehingga saat ini harus dilanjutkan kembali.

CoC sendiri merupakan gagasan yang sudah lama muncul selama beberapa dekade. ASEAN pertama kali mengesahkan konsep tersebut pada 1996 dengan Singapura mempresentasikan draft pada KTT ASEAN 2018.

Pembahasan terakhir mengenai CoC terjadi di Da Lat, Vietnam pada Oktober 2019, yang berfokus pada implementasi Declaration of Conduct (DoC) yang tidak mengikat.

Laut China Selatan sendiri sudah lama menjadi sengketa China dan beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam. China selama ini mengklaim sekitar 80 persen dari Laut China Selatan melalui "sembilan garis putus-putus".

Pada Sabtu (27/6), Administrasi Keselamatan Maritim China di Hainan mengumumkan latihan militer di dekat Kepulauan Paracel, yang oleh China disebut sebagai Kepulauan Xisha, dari 1 Juli hingga 5 Juli.

“Selama periode itu, tidak ada kapal yang boleh berlayar di dalam garis di atas dan semua kapal harus mengikuti panduan kapal komando di lokasi," bunyi pemberitahuan itu.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Vietnam menyebut latihan itu sebagai pelanggaran kedaulatan yang bisa "merusak" hubungan China dengan ASEAN.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya