Berita

Presiden Donald Trump memeluk bendera Amerika Serikat/Net

Dunia

Para Pakar Politik Internasional Sepakat Donald Trump Tidak Mampu Bangun Leadership Yang Kuat

MINGGU, 28 JUNI 2020 | 11:56 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Di akhir masa jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45, leadership atau kepemimpinan Donald Trump semakin diragukan oleh banyak pihak, termasuk para pakar politik internasional asal Indonesia.

Dalam diskusi virtual "Bedah Presidential Election AS" yang digelar Political and Public Policy Studies (P3S) bersama PEWARNA Indonesia, pada Sabtu (27/6), para pakar sepakat bahwa Trump tidak memiliki kepemimpinan yang kuat, apalagi untuk negara sebesar AS.

Ahli Psikologi Politik Prof. Hamdi Muluk misalnya. Ia mengaku heran dengan rakyat Amerika yang bisa memenangkan Trump pada pemilihan presiden 2016. Pasalnya, ia menganggap, Trump tidak mampu membangun kepemimpinan yang kuat seperti yang dilakukan oleh para presiden AS sebelumnya.


Di tengah kepemimpinan Trump di situasi global saat ini, ia mengatakan, AS terlihat tidak mampu menghadapi berbagai dinamika global.

"Dalam politik global, Amerika Serikat sedikit keteteran dalam menghadapi berbagai dinamika global," terangnya.

Meng-iya-kan yang disampaikan Hamdi Muluk, Gurubesar Hukum Internasional Prof. Hikmahanto Juwana, dalam paparannya mengatakan, Trump tidak membawa nilai-nilai Amerika dalam kepemimpinannya yang rendah.

Buruknya kepemimpinan Trump juga dapat dilihat dari banyaknya waktu yang ia habiskan untuk mengurusi akun media sosialnya, seperti Twitter. Di mana Twitter dijadikan tempat bagi Trump untuk melakukan serangan kepada negara lain atau lawan politiknya.

"Trump juga dianggap telah menginspirasi bagi kalangan ultra kanan. Selain itu, kelemahan Trump juga bisa dilihat dari lemahnya komunikasi yang dibangun baik terhadap sekutu maupun lawan politiknya. Itulah yang menyebabkan sekutu AS tidak solid," papar Hikmahanto.

Sejak kepemimpinan Trump, AS telah meningkatkan ketegangan dengan berbagai negara, termasuk China, Iran, hingga Korea Utara. Selain itu, hubungan AS dengan negara-negara sekutu juga mulai merenggang. Baru-baru ini, Trump memindahkan pasukan AS dari Jerman.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya