Berita

Nelayan di Aceh membantu para pengungsi Rohinya/Net

Dunia

Amnesty International Puji Aksi Heroik Nelayan Indonesia Yang Selamatkan 100 Pengungsi Rohingya

JUMAT, 26 JUNI 2020 | 15:39 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Kelompok hak asasi manusia (HAM), Amnesty International, memuji aksi para nelayan di Aceh yang berhasil menyelamatkan 94 orang pengungsi Rohingya, 30 di antaranya anak-anak.

Aksi heroik para nelayan tersebut terjadi pada Kamis (25/6), setelah pemerintah daerah Lhokseumawe enggan menerima para pengungsi karena khawatir akan Covid-19.

Marah dengan keputusan pemerintah daerah, penduduk akhirnya melakukan aksinya sendiri dengan mengevakuasi para pengungsi Rohingya yang terombang-ambing di laut.


"Ini murni karena alasan kemanusiaan. Kami sedih melihat anak-anak dan wanita hamil terdampar di laut," ujar seorang nelayan, Aples Kuari.

Mengapresiasi aksi para nelayan, Amnesty Internasional memuji solidaritas kemanusiaan mereka.

"Diselamatkannya pengungsi Rohingya adalah momen optimisme dan solidaritas," ujar Direktur Eksekutif Indonesia, Usman Hamid mengutip Al Jazeera.

"Itu adalah penghargaan bagi masyarakat di Aceh yang berani mengambil risiko sehingga anak-anak, perempuan dan laki-laki ini dapat dibawa ke pantai. Mereka telah menunjukkan yang terbaik dari kemanusiaan," lanjutnya.

Sementara itu, Human Rights Watch pada Jumat (26/6) meminta agar ASEAN untuk lebih memberikan perhatian pada pengungsi Rohingya dengan mengadopsi berbagai langkah nyata.

"Para pemimpin ASEAN, yang hampir tidak melakukan apa-apa selama bertahun-tahun, harus secara dramatis memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap krisis Rohingya," ujar Human Rights Watch untuk Asia, Brad Adams.

Negara-negara tetangga seperti Indonesia dan Myanmar merupakan tujuan para pengungsi Rohingya untuk mendapatkan suaka. Di Bangladesh sendiri, sudah ada sekitar satu juta pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp.

Para pengungsi meninggalkan rumah mereka yang berada di negara bagian Rakhaine, Myanmar barat karena penumpasan militer atau bahkan dianggap sebagai sebuah aksi genosida.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya