Berita

Seorang anak kekurangan gizi di Yaman sedang digendong oleh ibunya/Net

Dunia

Dana Kemanusiaan PBB Menipis, Anak-anak Di Yaman Makin Terancam Kekurangan Gizi

JUMAT, 26 JUNI 2020 | 09:45 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

PBB mengaku sudah tidak memiliki dana yang cukup untuk mempertahankan operasi tanggap bantuan pada Yaman. Hal tersebut bisa menyebabkan jumlah anak-anak yang kekurangan gizi di negara konflik tersebut melonjak secara signifikan.

Dari laporan badan anak-anak PBB, UNICEF, sebanyak 20 persen anak-anak di bawah lima tahun atau hampir setengah dari semua anak di Yaman bisa mengalami kekurangan gizi pada akhir tahun ini.

Dengan peningkatan tersebut, maka 2,4 juta anak akan mengalami kekurangan gizi pada akhir tahun ini karena kurangnya dana kemanusiaan.


"Jika kita tidak menerima dana mendesak, anak-anak akan didorong ke ambang kelaparan dan banyak yang akan mati. Kita tidak bisa melebih-lebihkan skala darurat ini," papar perwakilan UNICEF untuk Yaman, Sara Beysolow Nyanti seperti dikutip Reuters.

UNICEF sendiri saat ini membutuhkan 461 juta dolar AS untuk tanggapan kemanusiaan, namun hanya 39 persen yang dipenuhi. Sementara untuk tanggapan Covid-19, PBB membutuhkan 53 juta dolar AS, namun baru terpenuhi 10 persen.

Dengan kurangnya dana, program sanitasi, imunisasi, dan pengurangan risiko gizi buruk terancam ditutup.

Hal tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat sistem kesehatan Yaman sudah berada di ambang kehancuran. Yaman saat ini bukan hanya diserang wabah Covid-19, namun juga kolera, malaria, hingga demam berdarah.

Wabah-wabah tersebut semakin merajalela di tengah populasi yang kekurangan gizi.

Bahkan ada 7,8 juta anak yang tidak bisa bersekolah, mereka diharuskan bekerja, direktur dalam kelompok bersenjata, hingga terlibat pernikahan usia dini.

"UNICEF sebelumnya mengatakan, dan sekali lagi mengulangi, bahwa Yaman adalah tempat terburuk di dunia untuk menjadi seorang anak dan itu tidak menjadi lebih baik," kata Nyanti.

Yaman sendiri hancur oleh perang selama lima tahun antara gerakan Houthi yang didukung Iran dan koalisi yang dipimpin Saudi.

Puluhan ribu orang telah tewas, banyak di antara mereka warga sipil. Perang juga menciptakan krisis kemanusiaan yang tidak berkesudahan bagi Yaman dan yang terburuk di dunia.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya