Berita

Publika

Asisten Sorot

SELASA, 23 JUNI 2020 | 08:48 WIB | OLEH: JOKO INTARTO

SAYA pikir cuma bercanda. Ternyata serius.

Mas Teguh Santosa menghubungi saya Senin lalu. Boss media RMOL itu meminta saya hadir sebagai pembicara seminar online dalam rangkaian acara Musyawarah Nasional Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Kamis, 25 Juni 2020.

Tiba-tiba pagi ini Mas Teguh mengirimkan flyer acara itu. Gubrak!

Gak salah nih? Kok Mas Teguh memasang foto saya sebagai pembicara bersama Ilham Bintang?

Pemasangan tokoh Ilham Bintang menurut saya sudah benar. Ia wartawan senior. Pengusaha media yang sukses pula. Medianya yang terkenal adalah CeknRicek.

Sedangkan saya? Media pun tidak punya. Jagaters yang saya kelola bukan perusahaan media. Jagaters adalah perusahaan penyedia solusi komunikasi digital. Spesialisasinya pada jasa video conference.

''Pokoknya Bro JTO harus hadir untuk memperkaya khazanah pemikiran dalam industri media modern,'' jawab Mas Teguh berkali-kali.

Ya sudahlah. Saya tidak mau mendebat. Saya terima permintaan Mas Teguh itu. Mungkin ada baiknya juga, Sekali-sekali bicara tentang industri media dari sudut pandang sebagai content provider. Bukan publisher maupun broadcaster.

Sejak bergabung ke JakTV tahun 2007, saya sepakat dengan konsep undang-undang penyiaran: Memisahkan content provider (penyedia konten) dengan broadcaster (lembaga penyiaran).

Dua bidang itu di media televisi memang sangat mudah dibedakan. Peralatannya berbeda. Keahlian operatornya berbeda. Jenis keterampilannya berbeda. Manajemennya juga berbeda.

Pengalaman di Jak TV itu memudahkan saya dalam memasuki industri media siber. Di media online, content provider dan publisher/broadcaster bisa dibedakan dengan sangat mudah.

Youtube, misalnya, adalah publisher/broadcaster. Youtube tidak memproduksi konten sama sekali. Produsen konten diserahkan kepada para Youtuber. Begitupun Facebook.

Di wilayah Youtuber inilah Jagaters bersembunyi. Jagaters berada di belakang para Youtuber. Jagaters menyediakan solusi bagi para Youtuber yang ingin membuat konten siaran langsung dan video conference, tetapi tidak memiliki kemampuan menyediakan peralatan teknologi produksi dan operator berpengalaman.

Model bisnis Jagaters sesederhana itu. Walau demikian, tidak mudah bagi saya untuk menjalaninya. Perlu waktu setahun untuk membiasakan diri saya pada posisi baru, dari 'wartawan' menjadi 'asrot' alias 'asisten sorot’.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya