Berita

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau/Net

Publika

Pembubaran Aksi Rasialisme Di AS Yang Membuat Kanada Dalam Dilema

SENIN, 15 JUNI 2020 | 15:19 WIB

PADA akhir bulan Mei lalu, Amerika Serikat menggemparkan dunia setelah terjadi aksi rasisme terhadap orang kulit hitam di negaranya. Tindakan rasisme berujung maut itu terjadi di Kota Minneapolis dan dilakukan oleh seorang aparat kepolisian.

Polisi tersebut menindihkan kakinya ke leher seorang lelaki keturunan Afrika-Amerika bernama George Floyd. Setelah 9 menit, Floyd meninggal di tempat.

Aksi itu langsung memicu kemarahan publik hingga menimbulkan gelombang protes besar terjadi di 140 kota di Amerika. Selain itu, demonstrasi juga terjadi di banyak negara seperti Kanada, Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, Italia, dan banyak lainnya.

Di tengah banyaknya rasa prihatin yang diberikan dunia terhadap kematian Floyd, justru Donald Trump merespon kasus Floyd dengan negative. Donald Trump memilih untuk mengerahkan militernya untuk secepatnya membubarkan demonstrasi di AS dengan melemparkan gas air mata, granat kilat serta peluru karet ke arah massa.

Ratusan pengunjuk rasa bentrok dengan petugas kepolisian akibat pembubaran secara paksa. Kepolisian AS bahkan juga telah melakukan penahanan terhadap lebih dari 10.000 demonstran.

Mantan Menteri Pertahanan AS, James Mattis ikut mengutuk tindakan itu dan menyebut Trump telah menyalah gunakan kekuasaannya. Ini lantaran aksi pembubaran paksa tersebut dilakukan sebatas untuk membukakan jalan bagi Trump yang akan mengadakan pemotretan di dekat Gereja Episkopal St.

Banyak pihak merasa sangat kecewa atas respon Trump terhadap demonstrasi di AS tersebut, namun Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau justru memberikan respon yang cukup berbeda dan menarik perhatian masyarakat Kanada.

Ketika ditanyai tanggapannya terkait perilaku represif yang dilakukan Trump, Trudeau justru terlihat sangat bimbang bahkan dia sempat terdiam selama lebih dari dua puluh detik lamanya.

Trudeau tetap menatap awak media dengan sedikit menggerakkan giginya seolah sedang memikirkan jawaban yang akan disampaikan. Setelah dua puluh detik lebih berlalu, Perdana Menteri Kanada memecah keheningan yang terjadi, namun dengan tanpa sedikitpun mengomentari perilaku Trump.

Keheningan cukup lama yang diciptakan oleh Trudeau dinilai sebagai respon mendalam terkait akibat dari jawabannya yang akan diberikannya kepada publik. Hal ini tentu dipengaruhi oleh objek yang dikomentarinya, dalam hal ini perilaku buruk kepala negara AS kepada pendemo.

AS dan Kanada memiliki sebuah hubungan dekat sejak lama. Secara geografis, AS merupakan tetangga terdekat bagi Kanada sehingga interaksi masyarakat di dua negara tersebut menjadi sangat intens. Hal ini lambat laun telah menciptakan hubungan yang sangat erat bahkan hingga pada bagian grassroot dari kedua negara itu. Selain itu, juga terdapat banyak sekali kerjasama yang telah terjalin oleh kedua negara tersebut dalam berbagai bidang.

Bidang ekonomi misalnya, Kanada dan Amerika memiliki keterikatan ekonomi yang cukup dalam. Keduanya pun memiliki kesamaan karakteristik pada aktifitas ekonominya, yaitu negara dengan tingkat industri yang tinggi. AS merupakan negara industri terbesar kedua di dunia tentu dapat membantu Kanada dalam memnuhi kebutuhan dunia insutrinya.

Maka dari itu jelas jika Kanada menjadi negara importir terbesar AS selama ini. Penting bagi Kanada untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan AS demi kelangsungan hidup perindustrian di Kanada itu sendiri.

Selain itu, kedekatan geografis kedua negara ini juga telah membawanya pada hubungan yang sangat kuat pada bidang keamanan. Kedua negara itu saling bekerjasama untuk menjaga perbatasannya yang panjangnya mencapai 9000 km. Hal ini tentu dimaksudkan untuk menciptakan suasana yang aman dan stabil bagi kedua negara itu. Di samping itu juga untuk memudahkan masyarakat kedua negara untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari di luar negaranya masing-masing.

Jika kita konfrontasikan perilaku buruk Trump kepada Demonstrasi di AS dengan kedekatan yang terjalin cukup lama antara Kanada dengan AS pada akhirnya telah menjadi sebuah dilemma bagi Trudeau. Jika Trudeau mengatakan sesuatu yang buruk terkait perilaku Trump maka akan memungkinkan terjadinya pergesekan di antara kedua negara tersebut, mengingat sifat Trump yang cenderung mudah terpancing.

Jika hal itu terjadi maka ini merupakan hal yang buruk bagi Kanada, seperti kemungkinan AS mengurangi jumlah ekspornya ke Kanada. Sedangkan di sisi lain, Kanada membutuhkan barang-barang kebutuhan dunia industri yang dikirimkan oleh AS untuk memenuhi kebutuhannya.

Namun jika Trudeau memberikan respon yang positif terhadap tindakan represif Trump atas demonstran, maka tentu hal ini akan mencederai aksi solidaritas yang dilakukan oleh masyarakat Kanada. Aksi unjuk rasa oleh masyarakat Kanada terjadi di beberapa kota besar, seperti Saskatoon, Sydney, N.S., Burlington, Ont., and Calgary telah memperlihatkan tingginya rasa simpati yang diberikan kepada gerakan anti-rasisme di AS.

Pada akhirnya kuatnya pengaruh AS di Kanada telah menahan Trudeau bicara selama lebih dari 20 detik bahkan menjadikannya bungkam setelahnya terhadap tindakan buruk Trump. Trudeau tidak mengeluarkan sepenggal kalimat pun untuk menanggapi perilaku Trump.

Di sisi lain demi mencegahnya persepsi bahwa dirinya mendukung Tindakan buruk Trump dengan sikap “no comment-nya”, Trudeau malah terlihat berusaha untuk mengalihkan pembicaraannya kepada eksistensi rasialisme yang juga merebak di Kanada.

Indri Ayu Tikasari

Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya