Berita

PPP-PKB-PAN/Net

Publika

Partai Keumatan Jangan Lemah

JUMAT, 12 JUNI 2020 | 18:25 WIB

RUU HIP menjadi perhatian serius umat Islam. Ini disebabkan kekhawatiran tinggi atas kemungkinan RUU ini menjadi sarana untuk menyimpangkan makna ideologi Pancasila. Arah tafsir Nasakom yang bisa terulang.

Komunisme tentu ingin mendapat pengakuan hukum melalui perjuangan halus dan bertahap. Dari jalanan hingga ruang Dewan.

Tiga partai keumatan PPP, PKB, dan PAN memiliki kedudukan strategis dalam sambungan hati dengan umat di akar rumput.

Ketika kampanye pun bahasa keumatan menjadi jembatan untuk memperbesar daya dukung. Umat pun merasa nyaman dan bahagia mendukung walau tahu belum tentu menjadi pemenang.

Ada nilai ibadah yang diyakini. Tentu berdoa pula agar Allah menolong perjuangan partai politik umat.

Kini umat Islam sedang prihatin bahkan merasa sedih dan menderita. Terasa agama sedang diombang-ambingkan oleh mereka yang tak suka pada pijakan agama. Mereka itu berada di pemerintahan dan ruang Parlemen.

Stigma ketakutan pada agama dan syari'atnya terus dibangun dan dipropagandakan. Semangat juang dilemahkan dengan bahasa toleransi, tidak diskriminasi, moderasi, ataupun hak asasi.

Semua diterima dengan sabar walau memahami bahwa umat sedang terzalimi.

Kini terasa PKI bangkit, komunisme dihidupkan, sejarah diputarbalikkan, dan agama dinisbikan. PKI dan kader-kader komunis adalah musuh-musuh agama.

Kegigihan dalam menyusup patut diacungkan jempol. Menyelundupkan pasal-pasal aturan adalah kemahiran. Menyelundupkan senjata juga biasa.

Tujuannya merongrong ideologi negara dengan bahasa membela. Artinya tipu-tipu politik yang dianggap sebagai hukum perjuangan. Yang penting kekuasaan dapat direbut nantinya.

RUU HIP jika ditelaah seksama sarat nuansa "kiri". Bahkan agak vulgar. Anehnya bisa lolos dengan mudah dan didukung banyak fraksi.

Sedih dan mengurut dada ternyata diantara yang meloloskannya itu partai partai keumatan. Ada PPP, PKB, dan ada pula PAN. Partai ukhuwwah, partai da'wah, partai yang konon berjihad fi sabilillah.

Umat yang sudah merasa lemah bertambah dilemahkan oleh kekuatan politik yang gemar berslogan berjuang untuk ummah. Praktiknya lemah berhadapan dengan pemerintah.

RUU HIP adalah racun sekularisme, virus komunisme, dan degradasi nilai-nilai keagamaan. Melemahkan ideologi Pancasila hasil kesepakatan yang dipertahankan dengan simbahan darah.

RUU HIP adalah tafsir tunggal untuk menghalau ideologi dengan bahasa "haluan" ideologi. Penuh dengan bingkai kamuflase. RUU yang telah diketuk untuk masuk tahap berikut menuju penetapan UU.

Umat mengadakan penolakan dan perlawanan. Sementara itu partai-partai keumatan dipertanyakan. Kemana? Masih adakah?

Belum terlambat untuk bangkit dan berjuang kembali dengan gagah. PPP, PKB, dan PAN harus melihat sebagaimana umat merasakan bahwa RUU HIP adalah ancaman bagi umat Islam. Karenanya bela umat ini dengan menghentikan langkah RUU ini.

Ideologi bukan tidak penting, tetapi jika disalahtafsirkan, disalahnarasikan, atau disalahgunakan, maka ideologi adalah alat koersi bukan sarana untuk membangun integrasi.

Aspirasi umat adalah menolak RUU HIP. Isinya berbau Orde Lama dan komunisme. Ketiga partai PPP, PKB, dan PAN diharapkan menjadi penyambung lidah umat. Berjuang keras dengan berani bagai singa yang berdaya guna.

Jangan seperti bebek yang mudah digiring kesana dan kesana. Rumah kita di sini, di hati-hati rakyat dan umat.

Tampilah dengan langkah dan semangat yang membanggakan. Jangan jual agama dengan harga murah. Allah nanti akan marah. Kemuliaan dan kehinaan itu ada di tangan Allah. Demikian juga dengan pertolongan dan rezeki-Nya. Buat apa mulia di dunia, tetapi hina dan derita di akhirat.

Selamat berjuang. RUU HIP adalah batu ujian. Anda singa atau bebek.

M. Rizal Fadillah
Pemerhati politik dan keagamaan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya