Berita

Demo anti rasialisme di Amerika Serikat/Net

Publika

Era Baru Amerika Serikat Hadapi Krisis Ekonomi Dan Kemanusiaan Di Masa Pandemik

SENIN, 08 JUNI 2020 | 11:34 WIB

TAHUN 2020 menjadi tahun yang tidak terbayangkan sebelumnya. Petaka dan mimpi buruk nampaknya menjadi sebuah eskalasi kepanikan global, tak terkecuali Amerika Serikat (AS).

Covid-19 mengawali pukulan AS dalam menghadapi ancaman kesehatan yang cukup serius. Satu demi satu nyawa melayang, satu demi satu virus menjangkit banyak warga AS, bahkan korban virus corona di AS telah mencapai lebih dari satu juta kasus.

Di tengah perjuangan melawan Covid-19, AS didera isu rasialime yang mengguncang dunia. Penyebabnya, kematian George Floyd, seorang pria kulit hitam Minneapolis di tangan Derek Chauvin, seorang penegak hukum kepolisian Minneapolis pada 27 Mei lalu.

Hal tersebut kemudian memicu demo besar-besaran warga di hampir 23 negara bagian dan 350 kota di AS. Kecaman dan kemarahan masyarakat muncul ketika kebrutalan penegak hukum terhadap kulit hitam, bagaimana seorang pria kulit hitam ditindih lehernya dengan lutut hingga tidak bernyawa.

Terseok-seoknya AS dalam menghadapi Covid-19 menjadi sebuah ironi, bagaimana negara adikuasa dapat dihantam krisis kesehatan yang begitu hebat. Krisis kemanusiaan yang dialami tentu saja merupakan pukulan telak yang sangat serius bagi AS.

Negara dipaksa melihat kenyataan satu per satu mayat dikuburkan akibat pandemi. Permasalah baru pun bermunculan, mulai dari masalah ekonomi, kesenjangan sosial, hingga krisis kemanusian. Pandemik ini dirasa cukup membuat AS sangat terpukul di era kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Berbagai prediksi bermunculan, mulai dari ancaman krisis ekonomi hingga resesi yang berkepanjangan yang mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran akibat dampak pandemi. Prediksi resesi ekonomi berkepanjangan diumumkan oleh Gubernur The Federal Reserve, Jerome Powell akibat Covid-19 hal tersebut mencatatkan bahwa kasus perngangguran tertinggi AS sepanjang sejarah terjadi tahun ini, pada bulan Mei lalu di perkirakan ada 20,5 juta orang kehilangan pekerjaannya di AS.

Sejak awal AS didera isu perang dagang yang membuat hubungan AS-China semakin kusut, berbagai perspektif dan polemik bermunculan. AS memperkeruh suasana dengan menyebut Covid-19 sebagai virus Wuhan. Trump menuduh covid-19 adalah rekayasa laboratorium Institute Virologi Wuhan, kemudian tuduhan ditujukan kepada Organisasi Kesehahatan Dunia (WHO) yang dianggap tidak terbuka dan memihak China.

Isu rasialisme datang semakin memperkeruh suasana, demo besar-besaran memicu eskalasi kegaduhan global, gelombang demo tidak hanya di AS tapi meluas keberbagai negara. Di tengah pandemik isu ras membuat negara ini mengalami kerusakan yang luar biasa. Penjarahan pertokoan, mall, kerusakan fasilitas umum, dan semakin melonjaknya jumlah kasus covid-19 akibat banyaknya tumpahan manusia turun kejalan.

Hal ini semakin meluas ketika sikap pemerintah yang dianggap kurang tegas dan serius menangani isu rasial tersebut, bahkan Trump menyebut jika masa aksi tetap turun ke jalan maka dirinya akan mengerahkan anjing pengaman dan pengerahan militer, hal tersebut bahkan membuat kemarahan memuncak dan semakin meluas.

Studi Keamanan (Security Studies) dalam ilmu hubungan internasional memberikan sebuah sudut pandang, setidaknya kasus tersebut merupakan isu non-traditional security atau ancaman selain militer.

Sejak lama studi keamanan dunia terfokus pada isu traditional security yang bertumpu pada ancaman negara paling dominan adalah serangan militer dan peperangan secara fisik. Namun hari ini non traditional security menjadi sebuah perspektif analisa baru yaitu ancaman negara tidak selalu military sectric tapi justru non-military yang mana ancaman militeristik bergeser pada aktor non-negara (non-state actor) seperti, ancaman keamanan lingkungan hidup (environmental security), keamanan pangan (food security), keamanan manusia (human security), keamanan ekonomi (economic security), keamanan kesehatan (health security), dan lain sebagainya.

Amerika Serikat hari ini mengalami tantangan tersebut bagaimana ancaman terbesar mereka adalah keamanan kesehatan (health security) dan keamanan manusia (human security), AS mengalami babak belur sebanyak dua kali, pertama oleh Covid-19 kemudian oleh isu kemanusiaan, yaitu rasialisme terhadap kaum kulit hitam.

Sebuah ironi di tengah perang melawan pandemik yang membuat banyak krisis bagi eskalasi domestik, AS dipaksa menahan gerakan manusia yang menuntut hak dan kemanusiaan, aksi tersebut juga di khawatirkan dapat menambah jumlah lonjakan kasus Covid-19.

Tentu saja hal tersebut merupakan era dan tantangan baru untuk AS dalam merespon sebuah permasalah yang berlum terbayang sebelumnya. Dapat dikatakan ini merupakan masa terburuk sepanjang sejarah AS, kerugian materil dan non materil telah dirasakan oleh AS. Struktur ekonomi yang di prediksi akan melemah dan isu kemanusiaan yang mencuat nyatanya dapat merubah tatanan eskalasi global.

Guncangan besar yang menimpa AS setidaknya bisa menjadi kaca perbandingan bagi negara-negara lain dalam merespon sebuah kasus dan isu baru, dalam menentukan sebuah kebijakan dan langkah yang pas dalam situasi serba sulit seperti itu. Salah satu pelajaran paling berharga bagaimana keselamatan manusia dan penegakan hak asasi manusia sangatlah penting dalam menopang keseimbangan negara.

AS yang dianggap negara super power yang dianggap sebagai peradaban demokrasi terbaik, dengan sistem ekonomi kapitalis terbesar nyatanya sedang mengalami kondisi yang cukup serius.

Utamanya adalah pelajaran berharga dan era baru AS dari mulai krisis ekonomi yang disebabkan Covid-19 dan isu rasialisme yang akibatkan oleh penegak hukum tentu saja hal tersebut harus menjadi isu rasialisme terakhir, hal tersebut adalah tantangan yang paling besar dan harus segera diselesaikan.

Sandy Firman Ramdhani
Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya