Berita

Pesawat Thai Airways/Net

Dunia

Bangkrut Dan Tidak Sanggup Refund Tiket Senilai Rp 11 T, Thai Airways Cari Bantuan Ke AS?

JUMAT, 05 JUNI 2020 | 11:22 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Setelah menyatakan bangkrut dan pailit pada bulan lalu, Thai Airways mulai pencari perlindungan agar bisa mengembalikan tiket pesawat penumpangnya yang diperkirakan mencapai 24 miliar Bath atau hampir Rp 11 triliun.

Sebelumnya, Departemen Hubungan Masyarakat Thai Airways mengungkapkan tidak sanggup untuk menawarkan refund seiring dengan rehabilitasi di bawah hukum kebangkrutan Thailand yang diputuskan Pengadilan Kebangkrutan Pusat pada Rabu (27/5).

Sibuk mencari cara, pihak Thai Airways kemudian tengah berusaha mencari perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat (AS). Namun, pemerintah Thailand menyatakan akan membuat pertemuan terkait dengan perlindungan maskapai tersebut untuk menghindari perebutan pesawat dan aset lainnya jika perlindungan dilakukan di AS.

Dilansir dari The Thaiger, Direktur Jenderal Kantor Kebijakan Perusahaan Negara mengatakan maskapai akan mengirim salinan petisi rehabilitasi kepada para kreditornya, penumpang, dan anggota program Royal Orchid Plus.

Jika kreditor membiarkan proses rehabilitasi berlangsung melalui pengadilan Thailand, maka perusahaan tidak perlu mencari perlindungan kebangkrutan di AS.

Sementara itu, berdasarkan keterangan penasihat hukumnya, Thai Airways tidak memiliki aset apa pun di AS dan tidak menjadwalkan penerbangan apa pun di sana. Jadi tidak ada risiko pesawatnya disita oleh kreditor di sana.

Pada 2019, total utang perusahaan bernilai 147,4 miliar Baht. Di antaranya adalah 74,1 miliar kepada investo, 46,5 miliar untuk sewa pesawat, dan 11,9 miliar untuk pinjaman dalam mata uang euro.

Agar bisa melindungi pesawat dari sitaan kreditor, penasihat hukum mengungkapkan, Thai Airways harus mengajukan kasus hukum di negara lain di mana mereka memiliki aset dan operasi penerbangan.

Pesawat yang dioperasikan oleh Thai Airways sendiri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dimiliki oleh maskapai dan yang disewa dari perusahaan lain.

Pemilik dari pesawat sewaan dapat menggunakan hak mereka untuk merebut pesawat mereka jika mereka tidak setuju dengan rencana rehabilitasi. Kreditor lain tidak dapat mengambil pesawat kecuali mereka mengajukan dan memenangkan gugatan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya