Berita

Aksi kerusuhan menentang pembunuhan George Floyd/Net

Jaya Suprana

Kualatisme Peradaban Kebencian

RABU, 03 JUNI 2020 | 08:18 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

PRAHARA huruhara skala dahsyat yang melanda Amerika Serikat akibat pembunuhan keji oleh seorang polisi Minneapolis terhadap George Floyd merupakan suatu bentuk dampak kualatisme peradaban kebencian.

Kualatisme

Ledakan kekerasan yang terjadi di persada negara paling adhikuasa di planet bumi masa kini merupakan dampak kualatisme akibat perilaku kekerasan yang secara berkelanjutan masif dan sistematis dilakukan oleh kaum pendatang terhadap kaum pribumi yang sudah terlebih dahulu datang dan hidup di bumi benua Amerika Serikat.

Kekerasan seolah sudah menjadi perilaku kodrati yang wajar maka wajib dilakukan oleh kaum pendatang demi merebut tanah dari kaum pribumi yang sudah jauh terlebih dahulu bermukim, berburu dan bertani di bumi benua Amerika.

Belum cukup dengan menggusur dan membunuh kaum pribumi Amerika, kaum pendatang malah asyik mendatangkan kaum budak belian dari Afrika  untuk dipaksa bekerja di kebun kapas.

Sampai masa kini rasisme tetap diawetkan di Amerika Serikat meski Abraham Lincoln telah secara konstitusional resmi melarang perbudakan sebagai sumber rasisme. Seakan kebencian memang sudah menjadi bagian melekat pada DNA peradaban masyarakat kulit putih Amerika Serikat.

Ku Klux Klan sebagai satu di antara sekian banyak misproducts made in USA tercatat dengan tinta merah di atas lembaran hitam sejarah peradaban Amerika bersaing jahat dengan Nazi Hitler, MGB Stalin atau laskar revolusi kebudayaan Mao.

Meski Martin Luther King dan Malcolm X telah terbunuh dan Barrack Obama telah terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, namun angkara murka rasisme dibiarkan tetap merajalela demi menyengsarakan bahkan membinasakan kaum Afrika-Amerika.

Kebencian

Rasisme makin menggelora di Amerika Serikat setelah sang pendukung gerakan White Supremacy, Donald Trump terpilih secara kontroversial gegara sistem distrik pilpres  menjadi presiden Amerika Serikat.

Politik kekerasan hukum rimba seperti di masa Wild West kembali diberhalakan baik di dalam negeri mau pun di luar negeri AS.

Trump gemar melancarkan politik kebencian lewat jalur dagang mau pun militer terhadap mereka yang dianggap musuh oleh Trump seperti terhadap Irak, Yemen, Iran, Kuba, Korea Utara, China dll. Pendek kata kebencian menjadi primadona kebijakan Donald Trump termasuk terhadap puluhan juta kaum Hispanik dan Latino American yang bermukim dan mencari nafkah di bumi Amerika Serikat.

Proyek The Great Wall terbuat dari kawat duri di perbatasan AS-Meksiko merupakan manifestasi politik kebencian Trump. Jika terus nekad bikin huruhara maka para huruharawan juga diancam Trump untuk ditembak mati oleh National Guard sebagai pembunuh bayaran masa kini.

Ibarat bejana Robert Boyle meledak akibat tekanan udara di dalamnya terlalu besar, maka keresahan masyarakat AS yang sudah berbulan tertekan pageblug Corona yang menerkam AS akibat pembinasaan George Flyoid  meledak sebagai malapetaka huruhara dahsyat sebagai dampak kualatisme peradaban memuja kebencian yang sudah terlalu lama merajalela di persada United States of America.

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Dandim Pinrang Raih Juara 2 Lomba Karya Jurnalistik yang Digelar Mabesad

Selasa, 30 April 2024 | 18:43

UPDATE

Jelang Laga Play-off, Shin Tae-yong Fokus Kebugaran Pemain

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:54

Preseden Buruk, 3 Calon Anggota DPRD Kota Bandung Berstatus Tersangka

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:40

Prof Romli: KPK Gagal Sejak Era Antasari, Diperburuk Kinerja Dewas

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:15

Waspada Hujan Disertai Petir di Jakarta pada Malam Hari

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:28

Kemenag Minta Umat Tak Terprovokasi Keributan di Tangsel

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:23

Barikade 98: Indonesia Lawyers Club Lebih Menghibur daripada Presidential Club

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:20

Baznas Ungkap Kiat Sukses Pengumpulan ZIS-DSKL Ramadan 2024

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:01

Walkot Jakpus Ingatkan Warga Jaga Kerukunan Jelang Pilgub

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:35

Banyak Fasos Fasum di Jakarta Rawan Diserobot

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:19

Sopir Taksi Online Dianiaya Pengendara Mobil di Palembang

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:15

Selengkapnya