Berita

Presiden Joko Widodo bersama Menteri BUMN, Erick Thohir serta beberapa jajaran meninjau Wisma Atlet yang menjadi Rumah Sakit Darurat Covid-19/Ist

Kesehatan

Perawatan Pasien Covid-19 Capai Rp 215 Juta, DPR: Harus Dievaluasi!

MINGGU, 31 MEI 2020 | 19:38 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Perbedaan biaya perawatan pasien Covid-19 di Indonesia yang lebih mahal dibanding negara lain kini menjadi sorotan.

Di Indonesia, menurut Menteri BUMN, Erick Thohir, biaya perawatan pasien Covid-19 paling murah berkisar Rp 105 juta, sedangkan bila ada penyakit lain bisa mencapai Rp 215 juta per pasien.

Besaran biaya perawatan ini dinilai lebih mahal dibanding di Singapura yang menghabiskan sekitar Rp 61 juta-Rp82 juta per pasien. Menurut anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo, perbedaan ini perlu menjadi evaluasi pemerintah Indonesia.

"Perbedaannya sangat signifikan. Makanya saya kira ada baiknya pemerintah melalui gugus tugas mengevaluasi biaya tersebut apakah biaya yang mahal ini wajar dan sudah sesuai dengan fasilitas perawatan?" ucap Rahmad Handoyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (31/5).

Ia sepakat semua biaya perawatan pasien Covid-19 ditanggung oleh negara. Pun demikian dengan adanya pemberian tunjangan dan berbagai fasilitas yang diberikan negara kepada tenaga medis.

"Berapapun anggaran yang diperlukan memang harus dikucurkan oleh negara, karena keselamatan pasien adalah yang utama dan terpenting. Namun, perbedaan biaya yang besar itu membuat kita harus membuka mata, perlu evaluasi dan mengedepankan efisiensi," jelas Rahmad.

Di sisi lain, ia mengaku sempat mendengar suara-suara yang menyatakan beberapa pihak rumah sakit merasa penanganan pasien Covid-19 cukup menggiurkan.
 
"Menggiurkan dalam tanda petik ya. Makanya sekali lagi saya tanya, apakah biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan fasilitas dan perawatan yang diberikan kepada pasien?" terang Rahmad.

Menurut pandangannya, mahalnya biaya penanganan pasien Covid-19 kemungkinan bisa terjadi karena para pasien yang sudah cukup sehat masih harus tertahan di rumah sakit lantaran harus menunggu hasil diagnosa Polymerase Chain Reaction atau PCR. Hal inilah yang membuat biaya membengkak.

"Mungkin kondisi seperti ini perlu disiasati," tandas Rahmad.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya