Berita

Kebijakan New Normal, menurut Bambang Istianto, harus diikuti dengan penjelasan yang paripurna agar tidak ada salah pengertian di masyarakat/Net

Politik

Jika Dipaksakan New Normal Justru Akan Kontraproduktif

MINGGU, 31 MEI 2020 | 01:12 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Kebijakan New Normal atau Adaptasi Keadaan Baru (AKB) berpotensi mengalami kegagalan dan memicu lonjakan kasus virus corona baru (Covid-19) jika tak disertai upaya sungguh-sunguh untuk segera meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan di tempat-tempat umum. Mengingat tingkat kesadaran masyarakat saat ini masih sangat rendah.

Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Center of Public Policy Studies (CPPS), Bambang Istianto, kepada Kantor Berita RMOLJabar, Sabtu (30/5).

“Wajar jika sejumlah elemen masyarakat mengingatkan pemerintah agar menerapkan kebijakan program New Normal dipersiapkan dengan matang. Karena banyak kalangan menilai selama penerapan PSBB, ketaatan dan kedisiplinan masyarakat terhadap protokol kesehatan seperti menggunakan masker, social distancing, physical distancing, serta penggunaan hand sanitazier tergolong rendah,” katanya.

“Jangan sampai hanya mengejar target memperbaiki kondisi ekonomi. Saat ini belum memungkinkan diterapkan New Normal, jika dipaksakan akan kontra produktif," lanjutnya.

Menurut Bambang, New Normal adalah konsep baru sehingga perlu komunikasi publik yang paripurna untuk membuatnya dipahami dan tidak disalahartikan masyarakat.

“Kami meminta pemerintah ikut manfaatkan public speaker yang andal, misal para tokoh berpengaruh dan ulama di semua lapisan masyarakat, supaya tidak terjadi mispersepsi tentang New Normal," tuturnya.

Jika tidak, lanjut Bambang, alih-alih terwujudnya tatanan kehidupan baru, kebijakan tersebut malah bisa jadi malapetaka baru dan memicu kekisruhan di masyarakat.

“Pemerintah harus mempersiapkan secara mantang seluruh elemen dan variabel yang mendukung keberhasilan New Normal sesuai target yang ingin dicapai yaitu terjaminnya kesehatan masyarakat dan bangkitnya ekonomi nasional,” demikian Bambang Istianto.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya