Berita

Ilustrasi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan hidroksiklorokuin/Net

Kesehatan

Ditentang Ahli Tapi Digunakan Trump, Hasil Uji Coba Hidroksiklorokuin Oleh WHO Baru Dirilis Juni

RABU, 27 MEI 2020 | 08:56 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru bisa memberikan hasil peninjauan mengenai penggunaan obat anti-malaria, hidroksiklorokuin, pada pertengahan Juni. Sementara para ahli mendorong agar pemerintah menunda penggunaannya pada pasien Covid-19.

Beberapa waktu lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku telah mengonsumsi hidroksiklorokuin untuk mencegah penularan Covid-19.

Padahal, sebuah studi yang dirilis di The Lancet mengumukakan bahwa pasien Covid-19 yang mendapatkan obat anti malaria tersebut mengalami detak jantung yang tidak teratur sehingga meningkatkan angka kematian.

Menindaklanjuti hal tersebut, WHO mengaku akan melakukan intervensi dan memita waktu untuk melakukan uji coba di negara negara yang tergabung dalam "Solidarity Trial".

"Keputusan akhir tentang bahaya, manfaat atau kurangnya manfaat hidroksiklorokuin akan dibuat setelah bukti telah ditinjau oleh Dewan Pemantau Keamanan Data," ujar WHO dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Selasa (26/5).

"Diharapkan pada pertengahan Juni," tambahnya seperti dilansir CNA.

WHO menjelaskan, ribuan pasien di 17 negara yang tergabung dalam Solidarity Trial tengah memulai penggunaan hidroksiklorokuine dan akan menyelesaikan pengobatannya.

Selain hidroksiklorokuine, beberapa obat yang dievaluasi oleh WHO di antaranya adalah Remdesivir dari Gilead Science dan KaIV/Aluvia dari AbbVie.

Seca terpisah, perusahaan pembuat obat di Swiss, Novartis juga melakukan uji coba hidroksiklorokuin, termasuk 440 pasien di AS yang dikerjasamakan dengan Sanofi. Keduanya telah berkomitmen akan menyumbang puluhan juta dosis obat yang juga digunakan dalam rheumatoid arthritis dan lupus, jika terbukti efektif dan aman untuk Covid-19.

Novartis mengatakan bahwa studi Lancet, yang mencakup 100.000 orang tersebut hanya "pengamatan" dan tidak mampu menunjukkan hubungan sebab akibat antara hidroksiklorokuin dan efek sampingnya.

"Kami membutuhkan uji klinis acak dan terkontrol untuk memahami dengan jelas kemanjuran dan keamanan," kata juru bicara Novartis.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya