Petugas medis antre untuk melepas jas pelindung sebelum pulang kerja di Rumah Sakit Palang Merah di Wuhan/Net
Otoritas kesehatan di setiap negara telah memperingatkan kepada semua orang, bahwa pertanyaannya bukan apakah gelombang kedua infeksi virus corona dan kematian akan melanda, tetapi kapan dan seberapa parah.
Gelombang kedua virus corona bisa saja terjadi bila suatu wilayah telah mencapai puncak terkena virus corona, kemudian terjadi penurunan, setelah fase penurunan jumlah kasus tersebut terjadi lonjakan kasus lagi.
Di India, sebagian wilayahnya telah melonggarkan aturan kunciannya minggu ini, otoritas kesehatan di sana berjuang menahan penyebaran wabah di area pusat bisnis.
Kota New York, yang terpukul keras karena wabah ini, telah mematikan sistem kereta bawah tanahnya semalaman untuk disemprotkan disinfektan.
Kota New York, yang terpukul keras karena wabah ini, telah mematikan sistem kereta bawah tanahnya semalaman untuk disemprotkan disinfektan.
Para ahli di Italia, yang baru saja mulai melonggarkan beberapa pembatasan, memperingatkan anggota parlemen bahwa gelombang baru infeksi virus dan kematian akan datang, dan mereka mendesak upaya intensif untuk mengidentifikasi korban, memantau gejala mereka dan melacak kontak mereka.
Sementara Jerman memperingatkan gelombang kedua dan ketiga akan memberlakukan kembali pembatasan virus jika kasus baru tidak dapat ditampung. Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan pertemuan dengan 16 gubernur negara itu untuk membahas pelonggaran lebih lanjut pembatasan yang telah melumpuhkan ekonomi terbesar Eropa.
Prancis belum melakukan pelonggaran lockdown, tapi negara itu telah menyusun rencana pengurungan kembali untuk siap menghadapi gelombang kedua.
“Akan ada gelombang kedua, tetapi masalahnya sampai sejauh mana. Apakah itu gelombang kecil atau gelombang besar? Masih terlalu dini untuk mengatakan,†kata Olivier Schwartz, kepala unit virus dan kekebalan di Institut Pasteur Prancis, seperti dikutip dari
AP, Kamis (7/5).
Banyak daerah masih berjuang dengan gelombang pertama.
Brasil untuk pertama kalinya memberlakukan lockdown untuk ibu kota negara bagian Maranhão.
Sementara di seberang lautan, jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi di Afrika telah melonjak 42 persen dalam sepekan terakhir. Infeksi diperkirakan akan melampaui 50.000 di sana pada hari Rabu.
Associated Press menuliskan analisanya, bahwa tingkat infeksi AS di luar wilayah Kota New York sebenarnya meningkat, terutama di daerah pedesaan. Ditemukan bahwa kemajuan New York terhadap virus membayangi peningkatan infeksi di tempat lain.
"Jangan salah, virus ini masih beredar di komunitas kami. Bahkan, saat ini mungkin lebih luas dan besar daripada minggu-minggu sebelumnya," kata Linda Ochs, direktur Departemen Kesehatan di Shawnee County, Kansas.
Satu abad yang lalu, gelombang kedua wabah flu Spanyol jauh lebih mematikan daripada yang pertama. Sebagian karena pihak berwenang mengizinkan pertemuan massal dari Philadelphia ke San Francisco.
Ketika kuncian Italia mereda minggu ini, Dr. Silvio Brusaferro, presiden Institut Kesehatan Superior, mendesak “investasi besar†sumber daya untuk melatih tenaga medis untuk memantau kemungkinan kasus baru. Dia mengatakan melacak aplikasi - yang sedang dibangun oleh puluhan negara dan perusahaan - tidak cukup untuk mengelola gelombang infeksi di masa depan.
“Kami tidak keluar dari epidemi. Kami masih di dalamnya. Saya tidak ingin orang berpikir tidak ada risiko lagi, dan kembali normal, â€kata Dr. Giovanni Rezza, kepala departemen penyakit menular institut.
Untuk Indonesia, beberapa ahli mengatakan harus bersiap menyambut kedatangan gelombang kedua virus corona. Salah satu peneiliti yang mengungkapkan hal itu adalah Epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Menurut Dicky, pandemi Covid-19 berpotensi memiliki beberapa gelombang serangan wabah, termasuk di Indonesia.
Gelombang kedua virus corona adalah bila suatu wilayah telah mencapai puncak terkena virus corona, kemudian terjadi penurunan, setelah fase penurunan jumlah kasus tersebut terjadi lonjakan kasus lagi.
"Gelombang kedua biasanya menyerang hingga 90 persen penduduk yang belum terpapar tadi," kata Dicky, seperti dikutip dari tayangan berita Metro Tivi, beberapa waktu lalu.
Gelombang kedua mempunyai masa jeda yang relatif jauh dengan puncak gelombang pertama, bisa memakan waktu sebulan atau lebih. Seperti halnya di China, gelombang kedua terjadi karena adanya orang dari luar wilayah atau negara yang membawa virus dan menularkan kembali ke populasi yang lainnya.
"Dalam kasus China diduga pembawanya adalah penduduk China yang kembali ke negaranya," ujar Dicky.