Berita

Pasien Covid-19/Net

Dunia

Kenapa Tingkat Kematian Covid-19 Di Indonesia Begitu Tinggi? Ini Alasannya

MINGGU, 26 APRIL 2020 | 15:39 WIB

Tingginya angka kematian akibat Coronavirus Disease (Covid-19) di Indonesia dipengaruhi oleh rendahnya kesehatan masyarakat dan adanya kesenjangan sistem perawatan kesehatan.

Demikian yang disampaikan oleh para pakar kesehatan dalam sebuah laporan yang dirilis oleh CNA, Minggu (26/4).

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, saat ini Indonesia memiliki 8.607 kasus dengan 1.042 orang sudah pulih dan 720 orang dinyatakan meninggal dunia. Dengan angka tersebut, tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia.

Ahli epidemiologi, Pandu Riono mengungkapkan ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kematian dari pasien Covid-19, mulai dari faktor usia hingga kondisi kesehatan yang mendasari.

"Banyak orang Indonesia pada umumnya kurang bugar dan ini membuat mereka lebih rentan. Kebanyakan orang di Indonesia (juga) tidak merawat paru-paru mereka dengan baik, karena kebanyakan dari mereka adalah perokok," katanya.

Seperti yang dikatakan Pandu, merujuk pada data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015, Indonesia memiliki tingkat perokok pria tertinggi di dunia, yaitu sekitar 75 persen.

Dengan fakta tersebut, Pandu mengatakan, itu juga yang menjadi alasan banyaknya orang Indonesia yang menderita penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes.

Hanya dalam waktu kurang dari 10 hari setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus pertama Covid-19 di tanah air, tingkat kematian di Indonesia berada dalam angka yang konsisten tinggi, yaitu 8 hingga 9 persen. Namun saat ini berada di angka 7,3 persen.

Angka tersebut didapatkan dengan membagi jumlah kematian dengan jumlah kasus.

Membandingkan dengan Indonesia, tingkat kematian akibat Covid-19 di Filipina saat ini berada di angka sekitar 6,5 persen, Singapura 0,1 persen, dan Malaysia 1,7 persen.

Selain buruknya kesehatan masyarakat Indonesia, kesenjangan sistem perawatan kesehatan juga memicu tingginya angka kematian di tanah air.

Pada awal Maret saja, hanya ada satu laboratorium yang bisa mendiagnosis Covid-19. Dengan adanya hambatan ini, para suspect di luar Jakarta kesulitan untuk didiagnosis yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyebaran.

Di samping semua itu, fasilitas kesehatan di Indonesia, kata Pandu, belum siap untuk menerima pasien dalam jumlah banyak di satu waktu. Buktinya, para tenaga kesehatan kekurangan alat pelindung diri (APD) yang sangat penting.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya