Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Menelusuri Alam Musik

SELASA, 21 APRIL 2020 | 07:16 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

SAMBIL menunggu badai Corona pasti berlalu, saya ajak Anda sejenak menelusuri alam musik yang ternyata penuh dengan aneka ragam kekeliruan psiko kultural.

Anggapan

Misalnya peribahasa bahwa hanya orang baik yang mampu mencintai musik jelas sangat keliru. Adolf Hitler adalah pencinta fanatik opera mahakarya Richard Wagner. Al Capone dan Mussolini merupakan para fans opera mahakarya Giacommo Puccini. Joseph Stalin cinta musik rakyat Rusia. Meski masih diperdebatkan oleh para sejarahwan konon Nero bernyanyi diiringi lira sambil menyaksikan kota bukan Bandung, tapi Roma sedang berkobar menjadi lautan api.

Ada pula keyakinan bahwa musik membuat orang merasa bahagia. Nsmun fakta membuktikan bahwa cukup banyak orang bunuh diri akibat mendengar lagu Sombre Dimanche. Kita kerap melihat begitu banyak warga Indonesia termasuk saya menangis tersedu-sedu akibat sanubari tercabik-cabik duka pada upacara pemakaman diiringi lagu syahdu mahakarya Ismail Marzuki “Gugur Bunga”.

Saya pribadi senantiasa tak mampu menahan air mata berlinang ketika mendengar lagu “Yen ing tawang ono lintang” mahakarya Anjar Ani atau “Bunda” mahakarya Melly Guslaw atau “Tanah Airku” yang digubah Ibu Soed akibat rindu Tanah Air, akibat terlalu lama terpaksa berada di luar negeri dalam rangka mewakili Indonesia di paviliun Indonesia di World Expo.

Mahakarya sahabat yang sangat saya kagumi dan hormati, Eros Jarot berjudul “Badai Pasti Berlalu” memperkuat daya tahan batin masyarakat Indonesia yang sedang dirundung kegelisahan harap-harap cemas dan cemas-cemas harap bahwa badai Corona pasti berlalu.

Dangdut


Ada pula kekeliruan persepsi fata morgana psiko-kultural supra parah seperti menyatakan musik Dangdut adalah “musik kampungan” yang pada hakikatnya merupakan pelecehan berlapis ganda.

Istilah “kampungan” melecehkan kampung sebagai bagian hakiki peradaban tradisional Indonesia maupun Dangdut sebagai warisan kebudayaan Nusantara tiada dua di planet bumi ini. Dangdut bagi Indonesia setara Samba bagi Brazil, Tango bagi Argentina, Salsa bagi Kuba, Gangnam bagi Korsel, Enka bagi Jepang, Jazz bagi Amerika Serikat, Flamenco bagi Spanyol, Fado bagi Portugal, Walsa bagi Austria, Allemande bagi Jerman.

Saya tidak keberatan jika ada yang tidak menggemari Dangdut namun saya sangat amat keberatan apabila ada yang tega melecehkan Dangdut. Setiap kali menyaksikan masyarakat berjoged-ria diiringi musik Dangdut, saya bahagia dan bangga menjadi warga Indonesia.

Didi Kempot

Memang sukma saya tergetar ketika menyaksikan pergelaran Simfoni  IX  mahakarya Ludwig van Beethoven dipergelar oleh orkestra Berliner Philharmoniker di bawah abaan mahapengaba legendaris, Herbert von Karajan.

Namun ketergetaran sukma ketika mendengar mahasimfoni Beethoven tidak sedahsyat lubuk sanubari teraduk-aduk anekaragam perasaan mulai dari kagum, bahagia, bangga sampai terharu seperti ketika saya (berulang kali) menyaksikan rekaman audio-visual pergelaran lagu Pamer Bojo mahakarya pemusik legendaris Indonesia, Didi Kempot ditampilkan oleh Didi Kempot diiringi Orkes Sobat Ambyar di berbagai alun-alun berbagai penjuru Nusantara bersama ribuan warga ikut berdendang sambil berjoget takitakita-takitakita hoho-hohohoo!

Pada saat itulah saya benar-benar mabuk-kepayang tersihir rasa bahagia dan bangga menjadi warga Indonesia. Ambyaaaar!

Penulis adalah pembelajar musik dan kemanusiaan

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya