Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, terus ingatkan masyarakat untuk tidak memberi stigma negatif terhadap pasien Covid-19/Istimewa
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, meminta warga Jawa Timur dan warga Indonesia secara luas untuk meneladani solidaritas dan keguyuban warga Dusun Panasan Desa Mojopurno, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan dalam melawan wabah corona dan dalam menyikapi warga di sekitarnya yang terinfeksi covid-19.
Pasalnya, warga dusun tersebut kompak dan tidak memberikan stigma negatif kepada tetangga mereka yang dinyatakan berstatus positif Covid-19. Sebaliknya, warga dusun justru memberikan dukungan fisik maupun mental kepada warga yang melakukan isolasi karena Covid-19.
“Ini contoh yang sangat baik bagi warga Jawa Timur. Bahwa ada keguyuban dari warga Dusun Panasan saat ada satu keluarga di kampung mereka yang terinfeksi Covid-19, dan harus diisolasi. Warga di sana memberikan simpati dan empati yang luar biasa sebagai dukungan bagi warga yang terinfeksi agar bisa segera sembuh,†kata Gubernur Khofifah usai melakukan teleconference dengan keluarga Endang Lestari, warga Dusun Panasan yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, Kamis malam (16/4).
Saat itu Gubernur Khofifah meminta agar Endang Lestari menceritakan bagaimana pengalamannya dan keluarga dari awal terinfeksi Covid-19 hingga akhirnya sembuh atau terkonversi negatif SARS-CoV-2.
“Riwayat perjalanan kami, sebenarnya kami terinfeksi dari almarhum ayah kami yang dinyatakan positif Covid-19 setelah dua hari wafat. Beliau diketahui baru saja pulang dari mengikuti kegiatan seminar di Bogor,†tutur Endang Lestari, dikutip
Kantor Berita RMOLJatim.Begitu mendapatkan konfirmasi bahwa sang ayah yang meninggal dunia pada dua hari sebelumnya terinfeksi Covid-19, petugas puskesmas segera mendatangi keluarga mereka dan melakukan rangkaian tes
swab.
Yang pertama kali terkonfirmasi positif adalah sang ibu dan langsung dirawat di RSUD dr Soedono Madiun. Sedangkan Endang dinyatakan positif tiga hari setelahnya.
“Saat menjalani perawatan, kami memang semula kaget. Tapi kami juga sudah mengira bahwa kami juga akan tertular karena kami sangat ‘los’ saat berkontak dengan ayah. Karena kan kami merawat, jadi kami merasa wajar dan menyiapkan mental jika dinyatakan terpapar,†ceritanya.
Lebih lanjut Endang menceritakan, proses menunggu hasil
swab memang cukup memakan waktu. Selama menunggu hasil swab mereka diisolasi mandiri di rumah.
“Di saat isolasi mandiri inilah tetangga kami memberikan
support yang sangat besar pada kami. Jadi walaupun mereka menjaga jarak, mereka tetap menunjukkkan solidaritas dengan sering menawari apa yang kami butuhkan. Misalnya sayuran, lauk pauk, makanan, mereka memberikan ke kami dengan dicantolkan ke pagar. Kami tidak bisa keluar rumah maka mereka yang membelikan,†ucapnya sembari menunjukkan gambar hasil potret sayuran dalam plastik yang dicantolkan di pagar depan rumah.
Tidak hanya itu, Endang juga mengaku mendapatkan
support besar dari perawat dan tenaga kesehatan di RSUD dr Soedono Madiun. Tenaga kesehatan di rumah sakti tak kenal lelah memberikan semangat untuk bisa sembuh. Hal tersebut akhirnya terwujud setelah Endang menjalani 21 hari masa perawatan dan dinyatakan sembuh.
“Pesan kami bagi seluruh warga masyarakat, di tengah pandemik Covid-19 ini tolong lebih baik ikuti anjuran pemerintah. Tetap tinggal di rumah. Keluar rumah hanya untuk urusan yang sangat penting dan jangan pergi tanpa masker. Itu menjadi imbauan kami,†kata Endang yang mengaku tak memiliki gejala klinis meski dinyatakan positif covid-19 ini.