Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Anggaran Kartu Prakerja Naik Jadi 20 T, Pengamat: Jangan Sampai Jadi Bancakan Pejabat

RABU, 15 APRIL 2020 | 08:18 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Anggaran tambahan untuk Kartu Prakerja yang digelontorkan pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak ekonomi dari pandemik virus corona (Covid-19) harus dikelola dengan baik dan tepat sasaran.

Sebab, dana puluhan triliun yang digelontorkan oleh pemerintah itu merupakan uang rakyat, dan sejatinya harus kembali kepada rakyat dengan efektif.  

Begitu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Rabu (15/4).

"Jangan sampai anggaran untuk kartu prakerja jadi bancakan. Itu uang rakyat, jadi buat rakyat," kata Ujang Komarudin.

Seperti diketahui, pemerintah menggelontorkan anggaran tambahan untuk penggunaan kartu Prakerja dari semula Rp 10 triliun menjadi Rp 20 triliun. Anggaran ini termasuk paket kebijakan Kartu Prakerja seperti pendampingan pelatihan hingga uang bulanan yang akan didapatkan masyarakat.

"Anggaran Kartu Prakerja dinaikkan dari Rp 10 triliun jadi Rp 20 triliun. Jumlah penerima manfaat menjadi 5,6 juta orang," kata Presiden Joko Widodo dalam konferensi pers secara virtual, Selasa lalu (31/3).

Pernyataan Jokowi itu langsung dikritisi Ketua DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik. Dia meminta masyarakat turut mengawal dan memastikan puluhan triliun duit rakyat itu bisa tepat sasaran. Pasalnya, berdasarkan asumsi sementara dia, tanpa harus mengeluarkan Rp 20 triliun dirasa cukup.

"Biaya pelatihan online (kartu) prakerja Rp 1 juta. Kalikan Rp 100 ribu peserta pelatihan = Rp 100 Miliar. Target peserta: 5 juta orang = Rp 5 triliun," urainya dalam cuitan akun Twitter pribadinya pada Senin kemarin (13/4).

"Berapa didapat setiap rakyat peserta pelatihan? Rp 600 ribu/bulan selama 4 bulan. Tanya: penyelenggara dapat berapa?" sindirnya.

Terkait hal itu, Ujang Komarudin yang juga pengamat politik lulusan Universitas Al-Azhar Indonesia menilai asumsi Rachland Nashidik itu cukup masuk akal. Meskipun, harus didukung dengan data yang valid lagi sebagai pelengkap.

"Jangan dikorupsi. Uang rakyat bukan untuk bancakan pejabat," tegasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya