Berita

Ilustrasi/Net

Muhammad Najib

Jasa Bani Umayyah Terhadap Dunia Islam

SELASA, 31 MARET 2020 | 15:57 WIB | OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB

DINASTI Bani Umayyah dibangun oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah. Jadi nama Umayyah diambil dari nama kakek buyutnya bernama Muawiyah yang merupakan bagian ningrat Arab waktu itu yang dikenal dengan nama suku Quraish.

Rasulullah Muhammad juga bagian dari suku Quraish yang kakek buyutnya bernama Hasyim. Karena itu, Nabi jika dirunut dari silsilahnya sering disebut sebagai Bani Hasyim (keturunan Hasyim).

Karena kecakapannya, Muawiyah pernah dipercaya sebagai Sekretaris Rasulullah. Namun dari sisi keilmuan ia jauh di bawah Ali bin Abi Thalib. Sampai-sampai Rasulullah menyatakan: "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menginginkan ilmu maka hendaklah ia mendatanginya dari pintu tersebut" (hadist).


Ali juga memiliki kelebihan dalam masalah kesalehan (spiritual), juga dalam kemiliteran, sehingga diberi gelar sebagai Saifullah (pedang Allah). Terbukti di kemudian hari beberapa kali Muawiyah kalah dalam pertempuran melawan Ali.

Muawiyah diangkat menjadi Gubernur Syam, ketika Umar bin Hattab menjadi Khalifah. Meskipun banyak pengamat menganggapnya sebagai seorang yang sangat ambisius dalam masalah kekuasaan, tetapi Muawiyah memiliki kelebihan dalam bidang politik dan diplomasi.

Ali boleh dikatakan kalah dalam masalah ini. Hal ini terlihat pada saat Ali menjadi Khalifah, posisi Muawiyah sebagai Gubernur Syam tidak tergoyahkan, meskipun ia menentang dan terus-menerus mengganggu sang Khalifah yang mengendalikan kekuasaan dari Kuffah (Irak). Lebih dari itu, saat Ali meninggal, Muawiyah mengambilalih posisinya sebagai Khalifah.

Dalam posisinya inilah Muawiyah mengubah secara perlahan dan sistematis sistem kekhalifahan menjadi kerajaan. Khalifah tidak lagi memimpin shalat berjamaah lima waktu. Pemimpin agama dipisah dari pimpinan negara. Khalifah mendapat pengawalan. Dan pada puncaknya, kekuasaan diwariskan kepada putranya yang bernama Yazid, yang selanjutnya diteruskan secara turun-temurun.

Meskipun demikian Muawiyah memiliki jasa yang tidak kecil. Ia berhasil melebarkan wilayah kekuasaan Islam ke arah Utara, Barat, dan Timur, sehingga seluruh kawasan Afrika Utara menjadi Islam. Keturunannya kemudian melanjutkan sampai menyebrang ke Andalusia (Spanyol dan Portugis saat ini).

Muawiyah memoderenisasi sistem administrasi dan kenegaraan termasuk militer, dengan mengadopsi sistem yang digunakan oleh Bizantium yang berpusat di Konstantinopel.

Muawiyah membangun angkatan laut untuk pertama kalinya. Sebelumnya tentara Islam hanya mengenal infantri dan kavaleri dengan kuda dan unta.

Sejumlah pengamat menduga, ia terobsesi oleh Hadits Nabi yang menyatakan: "Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan".

Hadist ini muncul sebagai reaksi Rasulullah ketika mendapatkan laporan, bahwa surat yang dikirimnya ke Bizantium dirobek-robek oleh Heraklius sang penguasa yang berkedudukan di Konstantinopel saat itu.

Setidaknya dua kali tentara Muawiyah menyerbu Konstantinopel. Walaupun gagal, penguasaan laut yang dimilikinya, kemudian berguna untuk misi dakwah dan dagang dinasti Muawiyah untuk merambah negeri-negeri yang sangat jauh sampai ke India dan China.

Khalifah-khalifah yang terkenal di era dinasti ini selain Muawiyah adalah Umar bin Abdul Aziz dan Abdurrahman Addakhil yang berkuasa di Andalusia.

Melalui dinasti Umayyah di Andalusia, Eropa yang waktu itu masih terkebelakang, sehingga sering disebut hidup di masa kegelapan, mendapatkan kembali ilmu dan filsafat warisan Yunani kuno yang hilang.

Umat Islam juga mengenalkan ilmu kedokteran dan astronomi serta matematika yang dipelajari dari bangsa India. Angka (0,1,2,3.......9) yang sampai sekarang masih disebut angka Arab, kemudian menggantikan angka yang dikenalkan oleh Romawi I, II, III, IV,..... dst). Sedangkan teknologi pembuatan keramik, kertas, dan amunisi yang dimilikinya berasal dari China.

Arsitektur bangunan yang diadopsi dari India dan Persia kemudian dikawinkan dengan seni bangunan lokal, melahirkan karakter baru yang unik yang dikemudian hari sering disebut dengan arsitektur Islam, yang sampai saat ini masih bisa dinikmati seperti terlihat pada Masjid Cordoba dan Istana Al Hambra.

Seni musik, sastra, dan kaligrafi juga berkembang luar biasa di era ini. Masih banyak lagi sumbangannya yang tidak mungkin untuk disebutkan semuanya.

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya