Berita

Publika

Melamun Tentang Kepunahan

SABTU, 29 FEBRUARI 2020 | 23:23 WIB

PERADABAN, dimanapun dan dalam kurun waktu tertentu  menghadapi beberapa problem utama atas keberlangsungannya yaitu : bencana alam katastropik, bencana epidemi wabah penyakit, perubahan iklim dan perang.
 
Para ahli Biologi menyebut telah terjadi lima kali kepunahan massal.  Terakhir disebut saat meteroid menghantam bumi, memusnahkan populasi hewan. Tidak eksplisit disebut makhluk lain selain hewan.

Istilah yang dipilih adalah kepunahan massal, bukan punahnya peradaban. Karena Peradaban menggambarkan interaksi dan kemajuan  manusia.
 

 
Dalam perkembangan kemudian, letusan Toba 70 ribu tahun lalu dianggap sebagai peristiwa katastropik yang menimbulkan kemusnahan peradaban. Mulai ada pengakuan bahwa sudah ada makhluk berakal dan bertuhan sebelum Toba meletus.
 
Pertanyaannya kemudian, berapa populasi manusia yang pernah ada hingga sekarang? Menurut perkiraan World Population Growth History,  sampai saat ini, sebanyak 110 milyar manusia pernah lahir dan hidup di muka bumi. Dari jumlah itu sekitar 7 milyar penduduk dunia  adalah kita yang masih hidup saat ini.
 
Salah satu metode menghitung populasi adalah sensus penduduk. Adalah Negara Inggris pertama kali sensus tahun 1086, USA tahun 1790, Belanda  tahun 1795, India tahun  1860, Mesir tahun 1882, Jerman tahun  1895, China tahun 1913.
 
Sebagai sebuah Negara, Indonesia pertama kali melakukan sensus di tahun 1961. Jumlah penduduknya mencapai 90 juta. Namun, di tahun 1815 pernah ada Sensus Penduduk pertama di Jawa di era Thomas Stamford Raffles. Kemudian Sensus Penduduk yang diadakan tahun 1920 (terbatas di pulau Jawa), dan tahun 1930 (seluruh Hindia Belanda).

Tahun 1930 total penduduk 60,7jt.  Sementara khusus di Jawa, populasinya tahun 1905 sebanyak 30,098,008. Tahun  1900 berjumlah 28,746,688; tahun  1890 berjumlah 23,912,564; dan tahun 1880 populasinya  19,794,505. Sementara populasi di  Sumatera tahun 1900 berjumlah 3,168,312 jiwa.
 
Berdasarkan populasi di atas, muncul dua pertanyaan penting: pertama, ada kenaikan  jumlah penduduk yang besar, terutama di Jawa awal abad 19 sampai Indonesia Merdeka tahun 1945.

Kedua, dari jumlah penduduk tersebut menimbulkan pertanyaan besar, apakah benar ada kerajaan maha besar seperti  Majapahit (Abad 13) dan Sriwijaya (Abad ke 7) ? Karena, andai dihitung ke belakang, maka pada awal kebangkitan Majapahit, jumlah populasinya mungkin kurang dari 5 ribu orang, apalagi kalau masuk era Sriwijaya.
 
Kalau mengikuti garis perkembangan sejarah linier dan Teori Evolusi, maka bisa jadi manusia yang hidup berburu, di goa-goa, tidak kenal peradaban justru terjadi di Abad 14 M dan 15 M. Apalagi di Sumatera, Abad 17 dipastikan tidak ada peradaban jika dengan alur linier.
 
Itulah mengapa  muncul hipotesa, bahwa tidak menutup kemungkinan ada peristiwa alam hebat yang belum teridentifikasi sebelum masuknya kolonialisme ke Indonesia. Baik yang sifatnya katastropik lokal ataupun global dalam bentuk bencana, penyakit.
 
Meski bisa saja penghancuran peradaban melalui perang, bisa menjadi hipotesa berikutnya. Letusan Tambora yang mempengaruhi Eropa patut dicurigai juga penyebab terpukulnya peradaban, tetapi hipotesa itu batal, karena Borobudur dan Trowulan ditemukan tak lama setelah Rafles datang ke Indonesia yang hampir bersamaan dengan peristiwa letusan Tambora.

Cerita megathrust Siberut, Mentawai dan kemungkinan letusan Krakatau sebelum 1883 sebagai lokal atau bahkan global katastropik serta sumber-sumber bencana lainnya, masih terus diteliti untuk pembuktian. Menyusun periodeisasi bencana dan merangkai peradaban adalah dua hal yang tak bisa saling meninggalkan.
 
Penulis: Andi Arief
Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Bidang Bantuan Sosial dan Bencana

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya