Berita

Presiden AS, Donald Trump/Net

Dunia

Praktisi: Status Negara Berkembang Indonesia Bikin AS Merugi, Makanya Dicabut

SELASA, 25 FEBRUARI 2020 | 00:38 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Pencabutan status negara berkembang yang dilakukan United States Trade Representative (USTR) bukan berarti Indonesia dianggap sebagai negara maju.

Pencabutan status tersebut lebih kepada bentuk keistimewaan yang diberikan pemerintah AS kepada negara-negara mitra dagang, di mana Indonesia tidak termasuk di dalamnya.

“Keistimewaan ini berkaitan dengan berbagai pengenaan atas tarif maupun non-tarif terhadap barang yang berasal dari negara berkembang. Keistimewaan inilah yang saat ini tidak diberlakukan lagi bagi barang yang berasal dari Indonesia oleh pemerintah AS,” ujar Gurubesar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/2).

Kebijakan tersebut tentu menjadi hak AS sebagai negara berdaulat. Pemerintah AS, jelasnya, bisa memperlakukan secara khusus negara-negara mitra dagangnya yang dianggap tidak setara sebaga negara berkembang.

“Besar dugaan pencabutan ini berkaitan dengan keinginan Presiden Trump untuk membuka lebih besar lapangan pekerjaan di AS,” tambahnya.

Di sisi lain, Hikmahanto menduga, status negara berkembang yang selama ini melekat di Indonesia kerap dimanfaatkan investor dari negara maju sebagai tempat berproduksi.

“Dengan demikian, maka barang yang diekspor dari Indonesia akan mendapat perlakuan istimewa oleh AS mengingat barang tesebut made in Indonesia. Pemerintah AS merasa dirugikan dengan praktik-praktik demikian,” katanya.

Belum lagi kemungkinan pemerintah AS yang menyinyalir adanya penyimpangan para pelaku usaha Indonesia yang memperjualbelikan Certificate of Origin (sertifikat asal barang) dari Indonesia ke pelaku usaha dari sejumlah negara.

“Oleh karenanya, pencabutan status negara berkembang oleh pemerintah AS akan menjadi tantangan bagi pemerintah dan para pelaku Indonesia. Barang asal Indonesia tidak akan lagi mendapat keistimewaan," tandasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya