Reaktor nuklir Barakah UEA/Net
UNI Emirat Arab (UEA) mengumumkan, reaktor nuklir Barakah yang dibangunnya akan menjadi reaktor nuklir yang pertama beroperasi di dunia Arab. Menurut rencana reaktor nuklir Barakah terdiri dari empat reaktor yang dibangun perusahan asal Korea Selatan ini baru akan selesai dan dapat dioperasikan tahun 2017.
Pembangunan reaktor nuklir Barakah berjalan mulus berkat perlindungan Amerika Serikat melalui perjanjian UAE 123 Agreement for Peaceful Civilian Nuclear Energy Cooperation yang ditandatangani tahun 2009.
UEA bukanlah negara Arab yang pertama membangun reaktor nuklir dalam arti sebenarnya, karena ada negara Arab lain yang jauh lebih dahulu melakukannya.
Iraq dengan bantuan perusahan asal Perancis telah memulai tahun 1979 dengan membangun tiga reaktor di wilayah Al Tuwaitha di Selatan kota Bagdad.
Tahun 1981 reaktor utama yang bernama Osirak dihancurkan Israel melalui serangan udara dengan menggunakan jet tempur jenis F-16 buatan Amerika. Dan dua yang lainnya dihancurkan Amerika tahun 1991 pada saat Perang Teluk sesudah invasi Irak ke Kuwait.
Negara Arab lain yang juga pernah membangun reaktor nuklir adalah Libia. Libia mulai membangun reaktor nuklirnya pada tahun 1981 di wilayah Tajura dengan bantuan perusahan asal Rusia. Tekanan bertubi-tubi dari Amerika memaksa Presiden Muammar Khadafi waktu itu untuk membekukan program nuklirnya.
Iran yang menjadi tetangga UEA sudah jauh meninggalkan negara-negara Arab dalam hal nuklir. Ia memulai tahun 1950 dengan dibantu Amerika, akan tetapi perkembangannya sangat lamban. Baru tahun 1973 program nuklir Iran berkembang pesat.
Tahun 1979 terjadi Revolusi yang dipimpin Ayatullah Khomaini. Sejak saat itu bantuan Amerika dihentikan. Iran mengalihkan kerjasama nuklirnya dengan Perancis, Argentina, dan Rusia. Akan tetapi yang memberikan bantuan signifikan hanyalah Rusia yang ikut menangani reaktor nuklir terpenting yang berlokasi di Busher.
Program nuklir Iran terus diganggu oleh Amerika dan Israel sampai sekarang. Iran belum mengembangkan kemampuan reaktornya untuk membuat bom, meskipun bisa bila mau.
Negara lain di Timur Tengah yang paling maju dalam teknologi nuklir adalah Israel. Perlu diketahui bahwa teknologi nuklir tidak hanya terkait langsung dengan energi listrik dan bom, akan tetapi juga sangat berhubungan dengan teknologi kedokteran, pertanian, peternakan, keamanan, dan lain-lain.
Berkat tidak adanya gangguan dari negara lain, Israel telah berhasil dan memiliki bom nuklir, walaupun jumlahnya masih dirahasiakan.
Kini Turki juga bertekad untuk membangun reaktor nuklir yang diharapkan akan beroperasi tahun 2023. Rusia secara terbuka memberikan bantuan teknis dan dukungan politik untuk reaktor nuklir Turki yang akan dibangun di Akkuyu, di pesisir Laut Tengah.
Melihat persoalan nuklir di Timur Tengah tidak bisa dilepaskan dari masalah perlombaan senjata, masalah politik, dan kemajuan peradaban dalam arti melek teknologi. Terlepas dari kontroversi yang muncul, inisiatif Pangeran Muhammad bin Zayid al-Nahyan Putra Mahkota UEA perlu mendapat apresiasi.
Selain masalah nuklir, sang Putra Mahkota yang dinegrinya lebih populer dengan sebutan MBZ ini juga memiliki reputasi sebagai pejabat yang sadar peradaban. Ia membangun sejumlah universitas yang berorientasi ekonomi, sain dan teknologi yang berkualitas. Ia membangun pusat-pusat riset dengan alokasi anggaran yang sangat besar. Ia berhasil melakukan penghijauan padang pasir seluas ribuan hektar.
Dan yang paling spektakuler adalah ia telah berhasil mengirimkan Astronot pertama Bangsa Arab ke ruang Angkasa bersama para Astronot Amerika, Rusia, dan Eropa.
Semoga langkahnya dapat menjadi contoh negara-negara Arab lain, khususnya yang kaya minyak yang tergabung dalam GCC, agar berhenti bermewah-mewah dan berfoya-foya kemudian mengalihkan hasil kekayaan yang diperolehnya dari minyak dan gas untuk sesuatu yang lebih bermanfaat bagi bangsa dan negaranya. Saya kira semua ini merupakan bagian dari Amal Salih.
Wallahua'lam.
Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.