Berita

Xi Jinping Mengunjungi Pusat Penanganan Wabah Virus/Net

Dunia

Xi Jinping Nyaris Kehilangan Pamor, Akhirnya Rakyat Tahu Ia Berjuang Sejak Awal Untuk Kasus Virus Corona

SENIN, 17 FEBRUARI 2020 | 06:16 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Hampir dua bulan wabah virus corona menghantui China dan negara-negara sekitarnya.

Hingga saat ini, secara global virus Corona Covid-19 telah menewaskan 1.669 (1.665 di China dan sisanya 4 orang di luar daratan China) . Sementara 69,256 orang dikonfirmasi telah terinfeksi.

Bertambahnya jumlah korban, yang bahkan lebih besar dari musibah epidemi SARS 2002 dan 2003, membuat publik disebut-sebut mulai marah dan tidak lagi mempercayai pemerintah.

Publik semakin marah saat mengetahui bahwa presiden mereka, Xi Jinping telah menyadari potensi bahaya penyakit mematikan ini, seminggu sebelum peringatan umum diberikan.  Terutama mereka tidak melihat presiden mereka muncul selama epidemik ini terjadi.

Kemarahan publik atas kematian dokter Li Wenliang, yang ditegur polisi karena memberikan peringatan dini tentang kemunculan Covid-19, sebelum penyakit tersebut mewabah seperti sekarang ini, menambah beban Xi.

Belum lagi menghilangnya dua jurnalis yang mengungkap apa sebenarnya yang terjadi di Wuhan, pusat penyebaran virus corona, China.

Fang Bin dan Chen Qiushi, dua jurnalis yang telah membagikan beberapa video online di sosial media, yang berisi tentang foto dan kisah-kisah dramatis dari dalam kota Wuhan yang kini dikarantina dan terputus dengan wilayah China lain, saat ini tidak diketahui keberadaannya, beberapa info menyebutkan mereka sedang dalam karantina.

Wabah virus corona mulai terjadi pada bulan Desember di Wuhan, Hubei. Sejak itu menyebar ke lebih dari 24 negara dan mendorong tindakan pencegahan dari pemerintah China, termasuk menutup kota dengan populasi gabungan lebih dari 60.000.000.

Benarkah kemarahan publik layak ditujukan kepada Xi?

Benarkah Xi begitu lalai kepada rakyatnya bahkan berusaha menyembunyikan fakta sebenarnya terkait wabah ini?

Xi telah berusaha keras melawan wabah virus Corona atau Covid-19, yang merupakan krisis terbesar dalam masa jabatannya. Ia telah memberitahu eselon tinggi Partai Komunis, sejak 3 Januari, untuk berjuang mengatasi wabah penyakit - yang ketika itu penyebabnya belum teridentifikasi sebagai virus Corona.
Bahkan pada 7 Januari ia menyampaikan kepada jajaranya perintah penindakan darurat untuk wabah ini. Sementara pemerintah melakukan isolasi atau penutupan Kota Wuhan pada 23 Januari di mana wabah telah begitu meluas cepat.

Di hadapan lembaga partai yang paling berpengaruh, Komite Tetap Politbiro, Xi menguraikan rencana darurat untuk menanggapi wabah virus Covid-19.

Menurut Xi, wabah tersebut tak hanya dapat mengancam kesehatan masyarakat China, tetapi juga membahayakan stabilitas ekonomi dan sosial negara. Sekalipun itu adalah open-door policy.

Pidato itu disampaikan Xi pada 3 Februari, dan baru diterbitkan dalam jurnal dua bulanan partai Qiushi pada Sabtu (15/2).

Dalam pidato yang dirilis dan disiarkan stasiun TV pemerintah, Sabtu (15/2), Xi menuding pejabat setempat tidak melaksanakan fatwa pemerintah pusat. Ia pun bersumpah untuk menghukum pejabat yang tidak kompeten.

"Saya telah mengajukan permintaan dalam pertemuan Komite Tetap Politbiro pada 7 Januari, untuk mengatasi wabah tersebut. Pada 20 Januari, saya juga memberikan instruksi khusus untuk mencegah dan mengendalikan wabah. Saya bilang, kita harus memperhatikannya," papar Xi, seperti yang dituliskan New Zealand Herald, Minggu (16/2).

Tak kalah penting, Xi juga meminta pihak berwenang untuk memberikan info terkini kepada masyarakat, untuk membantu meningkatkan kepercayaan publik.

"Kita harus memberi tahu masyarakat, tentang apa saja yang dilakukan partai dan pemerintah. Serta apa langkah kita selanjutnya, untuk memperkuat kepercayaan publik," kata Xi.

Dalam pidato yang dipublikasikan ini, akhirnya publik bisa mengetahui jika pemimpin mereka telah menyarankan Partai Komunis China untuk bertindak tegas sejak lama.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya