Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Terowongan Toleransi, Meneropong Sisi Lain Moderasi

KAMIS, 13 FEBRUARI 2020 | 01:15 WIB

TEROWONGAN adalah sebuah sarana menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Terowongan identik dengan ruang lorong bawah tanah. Jika zaman dulu terowongan dijadikan tempat persembunyian. Saat ini justru dijadikan alat toleransi. Terbayang bagaimana bentuknya?

Sebuah gagasan baru muncul baru-baru ini. Atas nama toleransi Presiden Jokowi mencanangkan membuat terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral. Harapannya terowongan ini akan menjadi ikon toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia.

Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah mendukung ide ini. Beliau menyampaikan terowongan silaturrahim ini sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia (7/2/20). Menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti di kantornya, selayaknya simbol toleransi bukan sekadar bangunan fisik. Menurutnya gagasan terowongan silaturahmi ini perlu dikaji ulang.


Selain PP Muhammadiyah, Ketua Umum Pengurus Besar NU, Said Aqil Siroj, mempertanyakan urgensi pembangunan tersebut. Menurut beliau perlu adanya nilai yang terkandung dalam urgensi bangunan terowongan. Baik nilai budaya, nilai agama atau hanya sekadar strategi politik saja.

Salah satu tokoh pendukung ide ini, Abu Hurairah menyampaikan selain masalah toleransi, terowongan akan membuat kegiatan para jemaat berjalan efektif. Sebelumnya jika ingin beribadah para jemaat parkir di depan masjid. Nah, ketika terowongan ini ada mereka tak perlu menyeberang lagi. Cukup lewat terowongan.

Menyikapi alasan tersebut. Bukannya lebih mudah, praktis dan efisien ketika dibuatkan jembatan penyeberangan. Biayanya lebih murah, lebih mudah dan tak saling mengganggu antar tempat ibadah.

Begitu pula saat di atas namakan dengan toleransi. Pertanyaannya toleransi yang seperti apa? Apakah dengan menganggap kedua agama tersebut sama? atau dengan adanya terowongan akan direncanankan ibadah bersama serta saling mengunjungi?

Jikalau dilihat dari sisi kesakralan sebuah tempat ibadah. Tentunya tidak ada kesamaan dan hubungan diantara keduanya. Umat Islam tak perlu datang ke gereja. Pun orang Kristen tak perlu datang ke masjid. Masing-masing cukup tenang dengan menjalankan agamanya masing-masing.

Apakah ini ada indikasi liberalisasi beragama? Yang menganggap bahwa semua agama sama. Sebagaimana yang dipahami dalam faham moderasi Islam. Dimana salah satu kampanye yang dibawa adalah pluralisme agama.  Moderasi Islam adalah wujud dari Islam moderat itu sendiri. Yang mengambil jalan tengah antara agama dengan kapitalisme.

Oleh karena itu kita perlu mewaspadai ide ini. Jangan-jangan setelah ini muncul kebijakan lain yang mendukung ide pluralisme. Padahal ide moderasi agama ini sangat berbahaya bagi umat. Umat justru akan susah dalam membedakan yang haq dan batil. Lebih parah lagi jika akhirnya umat mencampuradukkan antara yang haq dan batil itu.

Jika hal ini dibiarkan, umat justru akan jauh dari Islam. Inilah yang menyenangkan musuh-musuh Islam. Mereka akan mudah mengombang-ambingkan kita. Mereka akan menyetir keyakinan kita. Bahkan kita akan sukarela mengikuti mereka.

Lantas bagaimana toleransi dalam Islam? Islam sebenarnya mengajarkan kita untuk menghormati umat beragama lain. Tak boleh menghalangi mereka beribadah. Tak perlu membakar atau merusak rumah ibadah mereka. Menghormati hari besar mereka tapi tidak ikut merayakan. Tidak membedakan kebutuhan sosial. Berinteraksi dengan baik. Itulah contoh toleransi dalam Islam. Wallahu a'lam bishowab.

Henyk Nur Widaryanti 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya