Berita

Ilustrasi ISIS/Net

Politik

PKS Minta Publik Tak Anggap Remeh Pemulangan Simpatisan ISIS

SENIN, 10 FEBRUARI 2020 | 19:25 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Rencana pemulangan eks WNI simpatisan ISIS harus dipikirkan secara matang dan penuh kehati-hatian.

Ketua Fraksi PKS, Jazuli Juwaini mengatakan, persoalan tersebut bukan perkara sederhana lantaran menyangkut orang-orang yang sejak awal memilih keluar dari Indonesia.

"Permasalahan ini perlu dikaji secara hati-hati, cermat, dan terukur. Jangan sampai dampak negatif justru menimpa negara kita akibat penyebaran paham mereka di tanah air," kata Jazuli dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (10/2).

Pemerintah, kata Jazuli, harus benar-benar memastikan mereka yang terpapar dan menjadi kombatan ISIS tunduk kepada Pancasila dan UUD 1945.

"Kalau mereka tidak mau taat dan tunduk pada Pancasila, UUD 1945, serta semua aturan yang berlaku atau istilahnya menolak NKRI, itu pilihan mereka apakah menjadi stateless atau apapun namanya. Apalagi dikabarkan ada yang merobek paspor dan bahkan menyatakan perang dan permusuhan kepada Indonesia," lanjutnya.

Ia pun mengingatkan kepada seluruh anggota Fraksi PKS agar berhati-hati membuat pernyataan dan tidak menganggap remeh eks anggota dan simpatisan ISIS. Anggota Komisi I DPR ini menilai, penyelesaian permasalah eks anggota ISIS tidak hanya menjadi masalah Indonesia, namun membutuhkan intervensi komunitas internasional melalui PBB.

"ISIS sudah menjadi ancaman keamanan internasional, sementara anggota ISIS berasal dari berbagai negara. Maka, PBB harus turun tangan melakukan deteksi, identifikasi dan karantina (isolasi) serta menyelenggarakan program deradikalisasi agar jangan sampai menyebarkan virus ISIS-nya ke negara masing-masing," ungkapnya.

Di sisi lain, Indonesia memiliki kewajiban melindungi kedaulatan dan keselamatan warga negara dari ancaman paham yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karenanya, negara harus mampu memilih skala prioritas WNI yang harus dijaga dan diselamatkan.

Profiling menjadi penting untuk menyaring mana yang benar-benar terlibat dan mana yang menjadi korban.

"Posisi kita harus jelas membedakan antara WNI yang terjebak di Suriah dan menjadi korban. Apakah sebagai pelajar, tenaga kerja, atau anak-anak yang tidak tahu-menahu motif orang tuanya. Ini wajib kita selamatkan," tandasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya