Proyek listrik 35 ribu megawatt masih jauh dari target/Net
Proyek setrum 35 ribu megawatt yang jadi program unggulan Presiden Joko Widodo di periode pertama pemerintahannya masih jauh dari target. Hingga 31 Desember 2019, pemerintah baru merealisasikan 19 persen atau sekitar 6.811 megawatt.
Menurut anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Demokrat, Herman Khaerun, belum tercapainya target pemerintah dalam merealisasikan listrik ke seluruh pelosok Indonesia dalam proyek 35 ribu megawatt disebabkan faktor ekonomi domestik dan global.
“Situasi ekonomi domestik dan global tentu berpengaruh juga terhadap iklim investasi dalam negeri,†ucap Herman kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (4/2).
Selain itu, kebutuhan listrik di Indonesia hanya tumbuh kurang lebih 5 persen. Hal itu, kata Herman, menjadi aspek teknis yang harus ikut diperhitungkan.
Karena, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 143K/20/MEM/2019 tentang rencana umum ketenagalistrikan nasional tahun 2019 sampai dengan 2038, memproyeksikan rata-rata pertumbuhan energi listrik nasional sekitar 6,9 persen per tahun.
Nah, proyeksi tersebut akan tercapai apabila pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen, rata-rata inflasi 3,5 persen, rata-rata pertumbuhan penduduk sekitar 0,8 persen, dan asumsi target rasio elektrifikasi 99,9 persen.
“Menurut saya memang terlambat dari target, dan ada kecenderungan melambat pencapaianya,†imbuhnya.
Herman menambahkan, target penambahan pembangkit dalam proyek 35 ribu megawatt ini tak hanya bergantung kepada pertumbuhan kebutuhan, tapi juga adanya investasi.
“PLN juga tidak bisa sendiri untuk melakukan pengembangannya, butuh investor. Oleh karenanya secara bertahap suatu saat akan tercapai, karena harus sejalan antara kebutuhan dan adanya investor,†tuturnya.
Sesuai dengan asumsi proyeksi listrik, target tersebut akan cepat tercapai apabila pertumbuhan ekonomi tinggi.
“Mungkin di antara 6-7 persen (pertumbuhan ekonomi), sehingga permintaan kebutuhan listrik juga tinggi,†imbuhnya.
“Yang penting saat ini kita tidak kekurangan listrik, energy primer tersedia, PLN tidak rugi, dan pengembangan terus berjalan,†tandasnya.