Berita

Para guru honorer mempertanyakan nasib mereka kepada anggota DPD/MOLJateng

Nusantara

Guru Honorer Sukoharjo Adukan Nasib Mereka Pada Anggota DPD

MINGGU, 02 FEBRUARI 2020 | 03:35 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Hampir 1.000 guru honorer di Sukoharjo dengan usia di atas 35 tahun, saat ini tengah dilanda kecemasan. Pasalnya, nasib mereka tak kunjung mendapat kejelasan dari pemerintah.

Kecemasan para honorer tersebut makin menjadi saat ada wacana penghapusan honorer oleh pemerintah pusat.

"Kami risau dengan pernyataan Menpan-RB yang mengatakan akan menghapus guru honorer, rencananya kita akan ke Jakarta ikut rakor honorer. Kita akan minta penjelasan yang dimaksud Menteri tersebut,” kata Raharjo (37), guru SDN Dukuh 1 Sukoharjo, saat konsolidasi bersama di Gedung PGRI Sukoharjo, Sabtu (1/2).

Dia meminta, pemerintah lebih memperhatikan nasib guru honorer usia 35+ dengan membuat PP agar ada kejelasan nasib dan masa depan honorer.

"Rakor rencana digelar 20 Februari. Diikuti perwakilan 32 propinsi 190 kabupaten kota, Sukoharjo akan mengirimkan 1 bus," imbuhnya, dikutip Kantor Berita RMOLJateng.

Pada kesempatan tersebut, konsolidasi juga dihadiri senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Sukoharjo, Bambang Sutrisno, dan Kepala Dinas Pendidikan, Darno.

"Jelas ada gejolak saat Pemerintah melempar wacana penghapusan honorer. Para honorer khususnya yang 35+ kan tahunya dihapuskan. Tapi kita berharap ada solusi. Apalagi saat ini masih sangat banyak kekurangan guru. Apalagi di daerah-daerah," katanya.

Sebagai anggota DPD RI, Bambang juga terus mengawasi dan mengawal kebijakan masalah honorer tersebut.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Sukoharjo, Darno mengatakan, masalah lain adalah honorer K2 yang sudah ikut tes dan dinyatakan lolos namun belum ada kejelasan nasib selanjutnya.

"PR kita masih ada honorer K2 sebanyak 128 yang sudah lolos ujian tapi belum ada regulasi lanjutan dari pemerintah,” katanya.

Ia berharap pemerintah segera menerbitkan PP untuk kekuatan hukum, tentang SK pengangkatan termasuk sistem penggajian.

"Tinggal regulasinya, kalau memang harus dibiayai daerah pasti daerah juga siap, tapi harus nunggu regulasinya. Semoga cepat turun," tandasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya