Berita

Penanganan virus corona/Net

Politik

Wuhan Dan Kebohongan China

SENIN, 27 JANUARI 2020 | 07:35 WIB

RRC tak bisa dipercaya, maklum negara komunis. Menghalalkan segala cara khususnya berbohong. Kasus novel coronavirus (nCoV) yang berbahaya bukan hanya untuk China tetapi juga dunia, masih dibuatkan cerita yang tak jelas.

China tidak akan mengaku ada kebocoran di pabrik bio farmacy atau laboratorium virologi. China tidak akan mengaku bahwa percobaan pembudidayaan virus corona itu hasil curian riset dari Kanada. China pun tidak akan mengakui bahwa jumlah korban seratus kali lipat dari yang diumumkan secara resmi.

Dan sudah pasti China tak membuka informasi bahwa jumlah muslim di Wuhan cukup besar. China akan mengarang cerita logis tentang sebab virus corona adalah pasar ikan. Pasar yang nyatanya bukan hanya menjual ikan tetapi katak, tikus, ular, buaya dan kelelawar. Makanan "ekstrem" yang dimakan oleh orang-orang "radikal".


Karantina adalah upaya kemestian, akan tetapi warga China sudah menyebar kemana mana. Temuan virus "made in China" ini sudah lebih dari di dua belas negara. Jonathan Reed periset Inggris menduga dalam waktu dekat korban akan semakin signifikan jumlahnya. 10.000 meninggal dan 250.000 terjangkit.

Jikapun iya penyebabnya adalah khewan ekstrim di atas, maka bisa difahami kewajarannya dari sisi mengkonsumsi makanan yang tak wajar. Menurut agama tidak halalan thoyyibah. Bukan saja soal menyembelih tanpa bismillah atau tegas keharamannya akan tetapi memang berlebihan. Tidak normal bersensasi makan katak, ular, kalajengking, tikus ataupun kelelawar. Mengada ada dan tentu mengandung penyakit.

Soal bohong memang habitat komunisme. Menghalalkan segala cara demi tujuan tercapai. Soal virus corona jika jujur akan membongkar borok China sendiri.

Memang dunia kadung tidak simpati pada keangkuhan pemerintahan Xi Jinping. China kini seolah menjadi musuh banyak negara. Imperiumnya dikhawatirkan. Henry Kissinger malah menyebut China sukses dan telah menang melawan AS.

Kini kita khawatir nasib muslim Uighur di Xinjiang yang mungkin saja menjadi target penularan nCoV ketika mereka sedang dikurung di kamp kamp "reedukasi". Wabah ini bisa diarahkan untuk membunuh muslim.

Sementara para "tahanan" tidak bisa bergerak kemana mana. Pemerintah Beijing sebagaimana biasa tentu siap dengan seribu alasan kebongannya.

Pemerintah Indonesia kurang aktif melindungi warga negara di tengah epidemi virus corona. Ada 90-an mahasiswa Aceh berada di Wuhan perlu pemantauan dan penanganan. Lalu ada ratusan turis China masuk ke Sumbar dan Batam. Rasanya didiamkan saja, bahkan di Sumbar disambut hangat Gubernur segala. Mereka menjadi potensi dan bahaya penyebaran.

Presiden Jokowi  harus mengambil kebijakan tegas memulangkan turis demi keamanan negeri. Negara lain saja telah menutup pintu bagi para pelancong dari China.

M Rizal Fadillah
Pemerhati politik 

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya