Berita

Bursah Zarnubi/RMOL

Politik

Gaduh Natuna Utara, Gerakan Kebangsaan: Karena Kita Tidak Pahami Geopolitik Indonesia

JUMAT, 17 JANUARI 2020 | 22:07 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Kegaduhan yang terjadi antara Indonesia dengan China di Laut Natuna Utara merupakan dampak dari tantangan geopolitik Indonesia yang tidak dapat dihadapi dengan baik.

Ketua Umum DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan, Bursah Zarnubi mengatakan, keributan yang terjadi belakangan ini akibat adanya kapal nelayan China yang mengambil ikan di wilayah zona ekonomi ekslusif (ZEE) Indonesia merupakan dampak dari ketidakpahaman masyarakat terhadap geopolitik.

"Kenapa muncul isu Natuna Utara itu, karena kita tidak memahami geopolitik Indonesia itu, sebelumnya sudah diatur dunia sejak 1982," kata Bursah Zarnubi saat diskusi publik dengan tema "Tantangan Geopolitik Indonesia Dalam Perspektif Global dan Kawasan" di Kantor DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (17/1).


Sehingga, Bursah menilai persamaan persepsi terhadap geopolitik Indonesia harus dilakukan. Apalagi, saat ini sudah mulai kencang kegaduhan di Natuna Utara.

"Narasi geopolitik kita mesti kita samakan persepsinya, soal Natuna ini kita gaduh kemarin, gaduh betul. Ada yang bilang itu gak apa-apa, gak ada apa-apa, yang lain ikhlas. Jadi jangan dianggap enteng geopolitik itu satu tantangan kita," tegas Bursah.

Selain itu, kegaduhan juga dapat terjadi akibat adanya politik identitas, terorisme, kemiskinan dan lainnya.

"Tantangan lain adalah yang bisa mengacaukan kawasan itu kita sendiri karena bangkitnya politik identitas, terorisme dan jangan kira masalah kesenjangan dan kemiskinan itu tidak menimbulkan resiko geopolitik, itu juga resiko geopolitik," jelasnya.

Tak hanya itu, Bursah juga menilai Indonesia sangat lemah setelah melihat insiden kegaduhan di Laut Natuna Utara. Di mana, China mengakui bahwa Laut Natuna Utara merupakan wilayah laut negara mereka.

"Nah ini bukti bahwa posisi kita lemah di dalam percaturan kawasan maupun global," pungkasnya.

Dalam diskusi ini juga dihadiri oleh Analis Pertahanan dan Militer, Connie Rahakundini Bakrie dan anggota Komisi I DPR RI, Bobby A. Rizaldi.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya